Jumat, 24 April 2020

SUNNAH MURSYID PANGERSA ABAH ANOM QS KETIKA RAMADHAN



SUNNAH MURSYID PANGERSA ABAH ANOM QS KETIKA RAMADHAN

1. Dahulu Pangersa Abah biasa makan sahur di antara jam 03.00 - 03.30 wib. Untuk menghindari tergesa gesa. Agar apa yang sudah beliau makan bisa tercerna dengan baik.

2. Membaca Tawassul 10 menit sebelum berbuka puasa. Lalu membaca do’a sampai waktu berbuka puasa.

3. Ketika waktu berbuka Pangersa Abah suka bertepuk tangan kecil tanda kegembiraan “farhatun ‘indal ifthar.” Lalu beliau berbuka dgn ta’jil ala kadarnya. Setelah itu Shalat Maghrib berjama’ah & dzikir harian berjama’ah. Dilanjutkan dgn shalat-shalat sunnah sesuai buku Ibadah. Barulah kemudian makan bersama keluarga & para kerabat.

4. Dzikir Khataman ba'da Maghrib dipindah pengamalannya ke ba'da Shubuh. Demikian juga Shalat Sunnah Lidaf'il Bala & Dzikir Khataman ba'da Isya dipindah sesudah Shalat Tarawih.

5. Shalat Tarawih yg dilakukan Pangersa Abah sebanyak 20 rakaat tanpa ditutup dengan Shalat Witir. Karena Pangersa Abah tetap istiqamah mengamalkan Shalat Witir sebagai bagian akhir dari rangkaian shalat-shalat sunnah Qiyamul Lail.

6. Ketika melaksanakan Shalat Tarawih, Pangersa Abah suka membaca satu surat Al-Qur’an dibagi pembacaannya untuk dua rakaat. Dengan tatacara seperti yg biasa dilakukan oleh Ajengan Sandisi & para imam tarawih di Masjid Nurul Asror Pontren Suryalaya.

7. Mulai malam ke-21 Ramadhan sampai akhir, Pangersa Abah melaksanakan Shalat Sunnah Lailatul Qadar ba’da Shalat Tarawih sebelum Shalat Lidaf’il Bala. Dengan kaifiyat: 4 rakaat 2 salam. Setiap rakaat ba’da Al-Fatihah membaca At-Takatsur 1x & Al-Ikhlas 3x.

Wallahu a’lam.

Biografi Pangersa Abah Anom Ponpes Suryalaya



SYEIKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TADJUL ARIFIN ( ABAH ANOM )

Riwayat hidup Abah Anom, pemimpin Ponpes Suryalaya sungguh berwarna. Lahir 1 Januari 1915 di Kampung Godebah, Suryalaya, Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pageurageung, Kabupaten Tasikmalaya.

Keluarga bapaknya Syekh H Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad atau Abah Sepuh dan ibunya Hj Juhriyah. Semasa hidupnya Abah Anom mengenyam pendidikan umum di Sekolah Dasar Zaman Belanda "Vervoleg School" di Ciamis 1923-1931, kemudian masuk Madrasah Tsanawiyah di Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya 1929-1931.

Selanjutnya menambah ilmu agama di Pesantren Cicariang, Pesantren Gentur dan Jambudipa Kabupaten Cianjur, kemudian Pesantren Cireungas-Cimalati Kabupaten Sukabumi yang mendalami khusus ilmu Hikmat, thoriqot, dan ilmu beladiri seperti silat, lalu Pesantren Citengah, Kabupaten Ciamis.

Bahkan Abah Anom melaksanakan Riyadoh dan ziarah ke makam para wali atas perintah ayahnya sambil menimba ilmu di pesantren Kaliwungu-Kendal-Jawa Tengah, kemudian di Bangkalan Madura bersama kakak kandungnya H.A Dahlan dan wakil Abah Sepuh KH Pakih dari Talaga, Majalengka.

Selanjutnya menunaikan ibadah haji ke Mekah tahun 1938, kemudian di Mekah memperdalam ilmu Tasawuf dan Tarekat selama tujuh bulan kepada syekh H Romli asal Garut, wakil Abah Sepuh yang bermukim di Jabal Gubeys, Mekah.

Setelah itu Abah Anom membantu bapaknya Abah Sepuh mengajar di Pesantren Suryalaya dan ikut berjuang menegakkan kemerdekaan Indonesia, hingga akhirnya diangkat memimpin pesantren Suryalaya dan menjadi Wakil Abah Sepuh.

Abah Anom selanjutnya bersama TNI aktif melawan gangguan keamanan yang diakibatkan oleh gerombolan DI/TII dan mendapatkan penghargaan jasa dibidang keamanan.

Selanjutnya Abah Anom aktif membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan diberbagai bidang seperti pertanian, pendidikan, lingkungan hidup, sosial, kesehatan, koperasi dan politik sehingga banyak menerima penghargaan dari pemerintah.

Kemudian Abah Anom sejak tahun 1980 hingga wafatnya telah mendirikan sebanyak 22 Inabah sebagai panti rehabilitasi remaja korban narkotika dan telah berhasil menyembuhkan banyak para santri binaannya yang tergantung pada narkotika.

Sejak kepemimpinan Abah Anom di pondok pesantren itu cukup banyak dikunjungi berbagai tamu negara Indonesia maupun sejumlah pejabat negara dari berbagai mancanegara.

Qitab Ibadah - Pangersa Abah Anom PonPes Suryalaya




KATA PENGANTAR

Pembangunan Nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pada hakekatnya yaitu pembangunan manusia seutuhnya, yakni pembangunan yang bukan hanya pembangunan jasmani saja tapi juga pembangunan rohani.

Oleh sebab itu mengandung arti bahwa Pembangunan Nasional itu bukan hanya sekedar mengejar kemajuan lahiriyah dan bathiniyah saja, tapi sangat diharapkan adanya keseimbangan hubungan antara makhluq dengan Kholik-nya, antara manusia dengan manusia, juga antara manusia dengan alam sekitarnya. Ringkasnya harus ada keseimbangan antara kehidupan di dunia dan di akhirat.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Qashash ayat 77 :

Artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Alloh kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu "

Dalam rangka mendorong masyarakat pada tujuan tersebut, betapa pentingnya pendidikan rohani, apakah melalui ceramah atau membaca buku keagamaan dan lain-lain.

Diantara beberapa buku keagamaan yang dapat mendorong pada tujuan tersebut diantaranya pendidikan akhlak dan yang penting adalah pelaksanaan ibadah secara intensif, khusyu' serta dawam/ langgeng.

Bagi kita selaku muslim pada umumnya, dan Ihwan Thoreqat Qoodiriyyah Naqsyabandiyah (TQN) pada khususnya, terutama bagi para pembina Korban Penyalahgunaan Narkotik dan Kenakalan Remaja lainnya, betapa pentingnya memiliki buku "IBADAH SEBAGAI METODA PEMBINAAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIK DAN KENAKALAN REMAJA" ini.

Diterbitkannya buku ini disamping sebagai bekal Ibadah Kaum Muslimin Ihwan TQN, juga mengandung maksud membantu Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang pembinaan akhlak remaja, terutama mereka yang menyalahgunakan narkotik dan kenakalan remaja lainnya yang dibina di Pondok Remaja Inabah Pondok Pesantren Suryalaya. Kami berharap agar buku ini dijadikan pegangan bagi para pembina INABAH khususnya, dan bagi Ihwan TQN pada umumnya dan dapat dimanfaatkan demi kemaslahatan ummat manusia. Semoga Allah SWT meridloi usaha kita bersama. AllahummaAmien.

 

Suryalaya, 01 Juli 1985 Penyusun,

KHA. SHOHIBULWAFA TAJULARIFIN


PELAKSANAAN IBADAH

Jam 02.00 BANGUN TIDUR LALU MANDI

1. DO'A SEBELUM MANDI (MASUK JAMBAN) :

“ A’udzubillahi minal khubusi wal khobaits “

2. MANDI TAUBAT :

“ Robbi anzilni munzalan mubarokan wa anta khoerul munzilin”

3. SETELAH MANDI (KELUAR JAMBAN) :

“ Alhamdulillahilladzi adzhaba annil adzaa wa'afani ashhadu anla ilaaha ilallaah wa ashhadu anna muhammadarrosulullaah ”

4. SUNNAT SYUKRUL WUDLU 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatan syukrul wudlu'i rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

5. SUNNAT TAHIYATUL MASJID 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatan tahiyyatal masjidi rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

6. SUNNAT TAUBAT 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatat taubati rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

Kemudian bersujud menjerit hati untuk memohon kepada Alloh:

a). Mengharapkan ampunan Alloh dari segala dosa perdosaan,

b). Memohon dikabul segala maksud dan tujuan yang baik,

c). Menyatakan rasa syukur atas segala nikmat dan anugrah Alloh.

7. SUNNAT TAHAJUD SHALAT MALAM 12 RAKAAT 6 X SALAM, PALING SEDIKIT 2 RAKAAT :

“ Usholli sunnatat tahajjudi rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

8. SUNNAT TASBIH 4 RAKAAT 2X SALAM :

“ Usholli sunnatat tasbihi rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

MEMBACA TASBIH :

“ Subhanallah walhamdulillahi wala illaha ilallah wallahu akbar wala haola walaquwwata illa billahil aliyyil adziim “

a). RAKAAT KE-1 75 TASBIH

Berdiri 1 5 X 'Tasbih sesudah fatihah dan surat :

Ruku' 10 X Tasbih

I'tidal 10 X Tasbih

Sujud 10 X Tasbih

Lungguh 10 X Tasbih

Sujud 10 X Tasbih

Duduk 10 X Tasbih

b). RAKAAT KE-2 75 TASBIH

Berdiri 15 X Tasbih sesudah fatihah dan surat ;

Ruku' 10 X Tasbih

I'tidal 10 X Tasbih

Sujud 10 X Tasbih

Lungguh 10 X Tasbih

Sujud 10 X Tasbih

Duduk 10 X Tasbih

9. SUNNAT WITIR 11 RAKAAT 5/1 SALAM, PALING SEDIKIT 3 RAKAAT:

Qt)

“ Usholli sunnatal witri rok'atan lillahi ta'ala Allahu akbar “ (1 rakaat)

DZIKIR SEBAN YAK-BANYAKNYA JAHAR DAN KHOFI sampai menjelang subuh Jam 04.00

10. SUNNAT SUBUH 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatas shubhi rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

11. SUNNAT LIDAF'IL BALA'I 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatal lidafil bala'i rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

12. SEMBAHYANG SUBUH 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli fardhus shubhi rok'ataini adaa'an lillahi ta'ala Allohu akbar  “

DZIKIR 165X {BOLEH LEBIH}:

 “ Laa ilaaha illallooh “

Jam 06.00

13. SUNNAT ISROQ 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatal isroq rok'atani lillahi ta'ala Allahu akbar "

14. SUNNAT ISTI'ADAH 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatal isti'adatan rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

15. SUNNAT ISTIKHAROH 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatal istikharoh rok'ataini lillahita'ala Allohu akbar “

Jam 09.00

6. SUNNAT DHUHA 8 RAKAAT 4 X SALAM PALING SEDIKIT 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatal dhuha rok'ataini lillahita'ala Allohu akbar “

17. SUNNAT KIFAROTIL BAOLI 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatan likafarotil baoli rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

Jam 12.00

18. SUNNAT QOBLIYAH DUHUR 2 RAKAAT I X SALAM

“ Usholli sunnatan dhuhri rok'ataini qobliyatan lillahi ta'ala Allohu akbar “

19. SEMBAHYANG DHUHUR 4 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli fardhud dhuhri arba'a roka'atin adaa'an Allohu akbar “

DZIKIR 165 X (BOLEH LEBIH) :

“ Laa ilaaha illallooh “

20. SUNNAT 13A'DA DUHUR 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatad dhuhri rok'ataini basdiyatau lillulri ta'ala Allohu akbar “

Jam 15.00

21. SUNNAT 'ASHAR 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatal 'ashri rok'ataini lillahi ta'ala Allahu akbar “

22. SEMBAHYANG ASHAR 4 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli fardhu ashri arba'a roka'atin adaa'an lillahi ta'ala Allohu akbar “

DZIKIR 165X(BOLEH LEBIH):

“ Laa ilaaha illallooh “

Jam 18.00 23. SUNNAT QOBLA MAGHRIB 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatal maghribi rok'ataini qobliyatan lillahi ta'ala Allohu akbar “

24. SEMBAHYANG MAGHRIB 3 RAKAAT 1 X SALAM :

" Usholli fardlol maghribi tsa latsa roka'atin adaa'an lillahi ta'ala Allohu akbar “

DZIK1R 165 X (BOLEH LEBIH) :

“ Laa ilaaha illallooh “

25. SUNNAT BA'DA MAGHRIB 2 RAKAAT I X SALAM

“ Usholli Sunnatal maghribi rok'ataini ba'diyatan lillahi ta'ala Allohu akbar “

26. SUNNAT AWWABIN 6 RAKAAT 3 X SALAM PALING SEDIKIT 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatal awwabin rok'ataini lillahita'ala Allohu akbar “

27. SUNNAT TAUBAT 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatat taubati rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

28. SUNNAT BIRRUL WALIDAINI 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatan birrulwalidaini rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

29. SUNNAT LIHIFDHIL IMAN 2 RAKAAT :

“ Usholli sunnatal lihifdhil iman rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

30. SUNNAT LISYUICRI NIKMAT 2 RAKAAT 1 X SALAM

“ Usholli sunnatal lisyukrin nikmati rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

Jam 19.00 31

31. SUNNAT QOBLAL'ISYA 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatan 'isya'i rok'ataini qobliyatan lillahi ta'ala Allohu akbar “

32. SEMBAHYANG'ISYA 4 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Ushollifardlol 'isya'i arba'a roka'atin adaa'an lillahi ta'ala Allohu akbar “

33. SUNNAT BA'DA ISYA 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatal 'isya'i rok'ataini ba'diyatan lillahi ta'ala Allohu akbar ”

DZIKIR 1 65 X (BOLEH LEBIH) :

 “ Laa ilaaha illallooh “

Jam 21.30

34. SUNNAT SYUKRUL WUDLU 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatan syukrul wudlu'i rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

35. SUNNAT MUTHLAQ 4 RAKAAT 2 X SALAM PALING SEDIKIT 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatal muthlaq rok’ataini lillahi ta'alaAllahu akbar “

36. SUNNAT ISTIKHAROH 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatan istikharoh rok'ataini lillahi ta'ala Allohu akbar “

37. SUNNAT HAJAT 2 RAKAAT 1 X SALAM :

“ Usholli sunnatal hajati rok'ataini lillahi ta'alaAllohu akbar “

Keterangan : Ba'da fatihah qulhu 11x tiap-tiap rakaat

38. AMALAN SETELAH SEMBAHYANG SEBELUM TIDUR (BERDO'A)

Kepala miring ke kanan, tangan diletakan dibawah pipinya lalu membaca :

“ Bismikallahumma ahyaa wabis bismika amuutu “

Terus baca :

Yaalatif ( sampai tertidur )

39. AMALAN SETELAH BANGUN TIDUR (BERDO'A) :

“ Alhamdulillahil ladzi ahyana bai’dama amatana wa ilaihin nusyur “

40. AMALAN SEBELUM MAKAN :

“ Bismillahirrahmaanirrahiim Allohuma bariklana fima razaqtana wa qina 'adza bannar “

41. AMALAN SELESAI MAKAN DAN MINUM :

 “ Alhamdulillahilladzi at’amana wasaqona waja'alna muslimin “

42. ADAB SOPAN SANTUN BERGAUL

Pertama-tama dimana bertemu dengan kaum muslimin bacalah :

“ Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh “

Yang diberi salam harus menjawab :

“ Wa' alaikumus salam Warahmatullahi Wabarakatuh “


Pengikut-Pengikut Jalan Kerohanian





Pengikut-Pengikut Jalan Kerohanian


Orang-orang yang mengikuti jalan kerohanian terbahagi kepada dua bahagian atau golongan. Golongan pertama ialah yang termasuk ke dalam kumpulan Sunnis; mereka yang mengikuti peraturan Quran dan amalan serta peraturan yang berasal daripada kelakuan dan perbuatan Rasulullah s.a.w. Mereka ikuti peraturan ini dalam perkataan, perbuatan, pemikiran dan perasaan, dan mereka mengikuti maksud batin agama – iaitu mereka mengerti bukan ikut secara taklid buta. Mereka beramal dan hidup menurut peraturan agama, merasainya dan menikmatinya, bukan semata-mata menanggung sesuatu yang dipaksakan ke atas mereka. Inilah jalan kerohanian yang mereka ikut. Inilah persaudaraan hamba-hamba Allah yang berkasih sayang. Sebahagian daripada mereka dijanjikan syurga tanpa hisab, yang lain akan menderita sedikit azab hari kiamat dan kemudian masuk syurga. Namun ada juga sebahagian yang memasuki neraka beberapa ketika yang singkat untuk menyucikannya daripada dosa sebelum masuk syurga. Tiada yang akan kekal di dalam neraka. Yang akan kekal di dalam neraka ialah orang kafir dan munafik.

Golongan kedua terdiri daripada kumpulan-kumpulan yang bidaah. Nabi s.a.w telah memberi peringatan, “ Kamu, seperti Bani Israil sebelum kamu, seperti umat Isa anak Maryam, akan dibahagikan dan dipisahkan di antara satu sama lain. Sebagaimana mereka mereka-reka dan mengubah-ubah, kamu juga akan mengadakan bidaah. Dengan masa berlalu dalam bidaah, tentangan dan dosa, kamu akan jadi seperti mereka dan berbuat yang sama. Jika mereka masuk ke dalam lubang ular yang berbisa kamu juga akan mengikuti mereka. Kamu patut tahu Bani Israil berpecah kepada tujuh puluh satu kumpulan. Kesemuanya dalam kesesatan kecuali satu. Dan orang Nasrani berpecah kepada tujuh puluh dua kumpulan, dan semuanya sesat kecuali satu. Aku bimbang umatku akan dipecahkan kepada tujuh puluh tiga kumpulan. Ini terjadi kerana mereka mengubah yang benar kepada yang salah dan yang haram kepada yang halal menurut pertimbangan mereka sendiri, untuk muslihat dan keuntungan mereka, kecuali satu, semua kumpulan itu akan ke neraka, dan kumpulan yang satu itu akan selamat.” Bila ditanya siapakah yang satu diselamatkan itu baginda bersabda, “Mereka yang mengikuti kepercayaan dan perbuatanku serta para sahabatku”.

Di bawah ini dinyatakan sebahagian daripada jalan bidaah yang dipegang dan diikuti oleh orang-orang yang mengakui diri mereka orang kerohanian: Hululiyya – percaya kepada penjelmaan dalam bentuk makhluk atau manusia, mendakwa halal melihat tubuh dan wajah yang cantik, samada perempuan atau lelaki, siapa sahaja samada isteri-isteri atau suami-suami, anak-anak perempuan atau saudara-saudara perempuan orang lain. Mereka juga bercampur dan menari bersama-sama. Ini jelas bertentangan dengan peraturan Islam dan menjaga kesucian dan kehormatan di dalam peraturan tersebut.

Haliyya – mencari kerasukan zauk dengan cara menari, menyanyi, menjerit dan bertepuk tangan. Mereka mendakwa syeikh mereka berada dalam suasana yang mengatasi batasan hukum agama. Jelas sekali mereka terpesung jauh daripada perjalanan Nabi s.a.w yang dalam tindak tanduk mematuhi hukum agama.

Awliya’iyya – mendakwa mereka berada dalam kehampiran dengan Allah dan mengatakan bila hamba hampir dengan Tuhan semua kewajipan agama terangkat daripada mereka. Seterusnya mereka mendakwa seorang wali, orang yang hampir dengan Allah, menjadi sahabat akrab-Nya, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada nabi. Mereka mengatakan ilmu sampai kepada Rasulullah s.a.w melalui Jibrail sementara wali menerima ilmu secara langsung dari Tuhan. Pandangan salah tentang suasana mereka dan apa yang mereka sifatkan kepada diri mereka adalah dosa mereka yang paling besar yang membawa mereka kepada bidaah dan kekufuran.

Syamuraniyya – percaya dunia ini kekal abadi, dan sesiapa yang mengucapkan perkataan abadi akan terlepas daripada tuntutan agama, lagi mereka tidak ada hukum halal dan haram. Mereka menggunakan alat musik dalam upacara ibadat mereka. Mereka tidak memisahkan lelaki dengan perempuan. Mereka tidak membezakan dua jantina itu. Mereka adalah kumpulan kafir yang tidak boleh diperbetulkan lagi.

Hubiyya – mengatakan bila manusia sampai ke peringkat cinta mereka bebas daripada semua kewajipan agama. Mereka tidak menutup kemaluan mereka.

Huriyya – seperti Haliyya, enggan menjerit, menyanyi, menari dan bertepuk tangan, mereka menjadi kerasukan dan di dalam suasana kerasukan itu mereka mendakwa mengadakan hubungan jenis dengan bidadari; bila keluar dari kerasukan mereka mandi junub. Mereka dimusnahkan oleh pembohongan mereka sendiri.

Ibahiyya – enggan mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran. Mereka menghukumkan haram sebagai halal. Mereka memahatkan pendapat ini kepada kaum perempuan. Bagi mereka semua perempuan halal bagi semua lelaki.

Mutakasiliyya – menjadikan prinsip kemalasan dan meminta sedekah dari rumah ke rumah sebagai cara mendapatkan keperluan harian mereka. Mereka mendakwa telah meninggalkan segala hal ehwal dunia. Mereka gagal dan terus gagal di dalam kemalasan mereka.

Mutajahiliyya – berpura-pura jahil dan dengan sengaja berpakaian tidak sopan, cuba menunjukkan dan berkelakuan seperti orang kafir, sedangkan Allah berfirman, “Jangan cenderung kepada yang berbuat dosa”. (Surah Hud, ayat 113). Nabi s.a.w bersabda, “Sesiapa yang cuba berlagak seperti satu kaum dia dianggap salah seorang dari mereka”.

Wafiqiyya – mendakwa hanya Allah yang boleh kenal Allah. Jadi, mereka membuang jalan kebenaran. Kejahilan yang disengajakan membawa mereka kepada kemusnahan.

Ilhamiyya – berpegang dan mengharapkan kepada ilham, meninggalkan ilmu pengetahuan, melarang belajar, dan berkata Quran adalah hijab bagi mereka, dan fikiran puisi adalah Quran mereka. Mereka meninggalkan Quran dan sembahyang, sebaliknya mengajarkan anak-anak mereka puisi.

Pemimpin-pemimpin dan guru-guru dari kumpulan Sunni mengatakan para sahabat, dengan berkat kehadiran Rasulullah s.a.w di tengah-tengah mereka, berada dalam suasana zauk dan keghairahan kerohanian yang sangat tinggi. Pada zaman kemudian peringkat kerohanian yang demikian tidak tercapai lagi oleh orang ramai dan ia menjadi semakin hilang. Yang masih tinggal diturunkan kepada pewaris-pewaris kerohanian pada jalan kebenaran Ilahi, yang kemudiannya terbahagi kepada banyak cabang-cabang. Ia berpecah kepada terlalu banyak kumpulan sehingga kebijaksanaan dan tenaganya menjadi sangat berkurangan dan berselerak. Dalam banyak kes segala yang tinggal hanyalah rupa yang dibaluti oleh pakaian guru kerohanian tanpa sebarang makna, kekuatan dan tenaga di bawah pakaian tersebut. Walaupun dalam suasana kosong itu ia masih juga berpecah dan berganda, bertukar menjadi bidaah. Sebahagian menjadi Qalandari – peminta sedekah yang mengembara. Yang lain menjadi Haydari dan berpura-pura menjadi wira. Yang lain pula menamakan diri mereka Adhami dan berpura-pura mengikuti wali Allah Ibrahim Adham yang meninggalkan takhta kerajaan dunia ini. Masih ramai lagi yang lain.

Dalam zaman kita mereka yang mengikuti jalan kebenaran sesuai dengan hukum agama menjadi semakin berkurangan. Pengikut-pengikut yang benar pada jalan ini boleh dikenali melalui dua kenyataan. Pertama, kenyataan zahir, yang menunjukkan keadaan kehidupan harian mereka yang dibentengi oleh hukum dan amalan agama. Kedua kenyataan dalaman, contoh teladan yang si pencari itu ikuti dan lahirkan dan dengan apa yang dia dibimbingkan. Sesungguhnya tiada yang lain untuk diikuti melainkan Nabi Muhamamd s.a.w, yang menjadi teladan, yang pada satu masa dahulu baginda sendiri berada dalam suasana mencari dan kebenaranlah yang baginda cari. Tanpa ragu-ragu roh suci baginda sahaja yang menjadi perantaraan. Itulah undang-undang yang mesti dipatuhi oleh orang yang beriman bagi penerusan kehidupan agama dalam kehidupan. Cara lain, wali yang memiliki pesaka kerohanian Nabi s.a.w boleh memberkati si pencari dengan kewujudan kebendaannya. Sesungguhnya syaitan tidak boleh mengambil rupa Nabi s.a.w.

Waspadalah wahai pengembara pada jalan kerohanian, orang buta tidak boleh memimpin orang buta. Perhatian kamu mesti bersungguh-sungguh agar kamu dapat membezakan kebaikan yang paling kecil daripada kejahatan yang paling kecil.

Mimpi-Mimpi





Mimpi-Mimpi


Mimpi yang dimimpikan di antara masa seseorang hampir lena hingga dia tidur lena adalah benar dan berfaedah. Mimpi-mimpi ini selalunya merupakan pembawa pembukaan dan perantaraan kepada yang luar biasa. Bukti kebenaran mimpi dinyatakan oleh Allah dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah akan buktikan mimpi itu benar kepada Rasul-Nya, kamu akan masuk Masjidil Haram jika dikehendaki Allah dengan aman”. (Surah al-Fath, ayat 27).

Dan memang benar Nabi s.a.w memasuki kota Makkah yang masih dikuasai oleh musuh-0musuh baginda, tahun sesudah baginda bermimpi. Contoh lain ialah mimpi Nabi Yusuf a.s:
“Tatkala Yusuf berkata kepada bapanya, ‘Wahai bapaku, sesungguhnya aku melihat sebelas bintang dan matahari serta bulan – aku lihat – bersujud kepadaku”. (Surah Yusuf, ayat 4).

Nabi s.a.w bersabda, “Tidak ada nabi yang datang selepas aku tetapi boleh datang pembukaan-pembukaan yang lain. Orang yang beriman akan melihat pembukaan itu dalam mimpi mereka atau pembukaan itu akan ditunjukkan kepada mereka menerusi mimpi”.
“Bagi mereka pembukaan tentang khabar baik dalam dunia ini dan di akhirat”. (Surah Yunus, ayat 64).

Mimpi datangnya dari Allah tetapi kadang-kadang ada juga yang datang dari syaitan. Nabi s.a.w bersabda, “Sesiapa yang melihatku di dalam mimpi sesungguhnya dia benar-benar melihatku kerana syaitan tidak dapat mengambil bentukku”. Syaitan juga tidak dapat mengambil bentuk mereka yang mengikut iman, jalan kebenaran, makrifat, kebenaran dan cahaya Nabi s.a.w. Orang arif mentafsirkan hadis Nabi s.a.w di atas dengan mengatakan syaitan bukan sahaja tidak dapat mengambil bentuk Nabi s.a.w malah syaitan juga tidak dapat berpura-pura mengakui seseorang atau sesuatu yang ada sifat kemurahan dan kebaikan atau kasih sayang dan lemah lembut dan beriman. Sesungguhnya Nabi-nabi, wali-wali, malaikat, Masjidil haram, matahari, bulan, awan putih, Quran yang suci, merupakan kewujudan yang ke dalamnya syaitan tidak boleh masuk juga tidak dapat mengambil bentuk mereka. Ini kerana syaitan adalah tempat dan keadaan yang menzahirkan kekerasan, hukuman dan kesengsaraan. Ia hanya boleh menggambarkan kekeliruan dan keraguan. Bila seseorang sudah memiliki di dalam dirinya kenyataan nama Allah, ‘Pembimbing Mutlak Kepada Kebenaran’, bagaimana sifat yang membawa kekacauan itu boleh menyata dalam dirinya? Sifat-sifat yang bertentangan satu sama lain tidak boleh bertukar tempat, seperti air dengan api. Kemurkaan tidak dapat mengambil tempat kemurahan, juga tidak boleh api menyerupai air. Mereka menolak sesama mereka, mereka berjauhan, mereka kepunyaan ruang yang berlainan. Allah Pisahkan kebenaran daripada kepalsuan:
“Demikianlah Allah nyatakan kebenaran dan kepalsuan… dengan misalan dan ibarat…”. (Surah ar-Ra’d, ayat 17).

Tetapi syaitan boleh mengaku menjadi Allah dan menipu manusia, membawa mereka menjadi sesat. Ini hanya boleh dilakukan dengan izin Allah. Allah mempunyai banyak sifat-sifat yang kelihatan bertentangan satu sama lain. Misalnya sifat-Nya Yang Gagah dan Keras kelihatan berlawanan dengan sifat-Nya Yang Indah dan Lemah-lembut. Syaitan dilaknati hanya boleh berpura-pura mengambil watak kemarahan dan keperkasaan kerana ia secara kejadian asalnya adalah bentuk menyatakan kekerasan Allah. Allah memiliki kedua-dua sifat, Pembimbing Mutlak kepada kebenaran dan juga Pembawa kepada kesesatan. Syaitan tidak boleh menjelma dengan watak sifat yang mengandungi nilai pembimbingan. Jika syaitan berpura-pura menjelmakan sebarang sifat Allah, ia lakukannya dengan kehendak dan izin Allah, bagi membimbing orang yang beriman kepada kebaikan dengan menentang kejahatan, membawanya kepada kebenaran dengan cara menentang kepalsuan. Dalam kenyataannya syaitan tidak ada sebarang kuasa untuk merampas iman daripada seseorang yang beriman; ia hanya boleh mengambilnya jika orang yang beriman itu sendiri mencampakkan imannya.

Allah memerintahkan Nabi-Nya supaya:
“Katakanlah: ‘Inilah jalanku, yang aku dan orang-orang yang mengikuti daku menyeru (manusia) kepada Allah dengan basirah (penyaksian yang jelas). Maha Suci Allah! Dan bukanlah aku dari golongan musyrikin”. (Surah Yusuf, ayat 108).

Dalam ayat ini ‘orang yang mengikuti daku’ adalah manusia sempurna, guru kerohanian yang sebenar yang akan datang selepas Nabi Muhamamd s.a.w, yang akan mewarisi ilmu batin baginda dan kebijaksanaan baginda dan yang akan berada hampir dengan Allah. Manusia yang demikian digambarkan sebagai ‘pelindung dan pembimbing sebenar’. (Surah al-Kahfi, ayat 17).

Ada dua jenis mimpi; subjektif (memberi pandangan atau perasaan sendiri) dan objektif (bermatlamat), masing-masing dibahagi kepada dua jenis. Jenis pertama mimpi subjektif ialah bayangan atau gambaran suasana kerohanian yang tinggi dan hasil daripada keharmonian, dan kelihatan dalam gambar seperti matahari, bulan, bintang, pemandangan padang pasir putih bermandikan cahaya, taman syurga, mahligai, roh yang cantik dalam bentuk malaikat dan lain-lain. Ini semua adalah sifat-sifat hati yang murni. Jenis kedua mimpi subjektif mengandungi gambaran yang berkaitan dengan suasana seseorang yang bebas daripada keresahan, yang mengenal diri dan menemui ketenteraman fikirannya. Gambaran-gambaran ini adalah kelazatan yang dia akan temui dalam syurga, bau-bauan dan suara di dalam syurga. Dia akan bermimpikan beberapa jenis haiwan dan burung yang menyerupai yang paling cantik yang jenisnya ada dalam dunia. Haiwan yang dilihat di dalam mimpi itu adalah haiwan syurga. Misalnya, unta adalah haiwan syurga. Kuda dihantar sebagai haiwan yang membawa tentera suci di dalam peperangan menentang orang-orang kafir di sekelilingnya dan di dalamnya. Lembu jantan kepada Nabi Adam a.s bagi menenggala tanah untuk ditanam gandum. Kambing biri-biri datangnya dari madu syurga, unta diciptakan dari cahaya syurga, kuda daripada selasih manis di dalam syurga, biri-biri daripada kunyit syurga.

Baghal menggambarkan suasana terendah seseorang yang menemui hati dan fikiran yang tenang. Bila dia mimpikan baghal itu tandanya dia cuai dan malas di dalam melakukan ibadat sebab hawa nafsu badannya menahan, dan usaha kerohaniannya tidak memberi hasil. Kemudian dia harus bertaubat dan teruskan melakukan kebajikan supaya dia akan mendapat hasil.

Keldai diciptakan dari batu syurga dan diberikan untuk berkhidmat kepada Nabi Adam a.s dan keturunannya. Keldai adalah lambang jasad dan keperluan kebendaannya, ego dan pentingkan diri sendiri. Jasad adalah haiwan yang membawa beban, membawa roh. Jika seseorang menjadi hamba kepada jasad dia adalah umpama orang yang memikul keldai di atas bahunya, tetapi manusia sebenar menunggangi keldai jasad kebendaannya. Jadi, keldai melambangkan cara atau alat dia mengarahkan urusan akhiratnya di dalam dunia ini.

Berkata-kata dengan jejaka tampan dengan wajah yang berseri-seri adalah tanda kenyataan Ilahi sampai kepada seseorang itu kerana mereka yang sudah memperolehi makrifat kepada kenyataan Ilahi di dalam syurga akan muncul di dalam rupa yang cantik. Nabi s.a.w menggambarkan orang demikian sebagai berkeadaan serba-kena, serba-elok, lemah lembut dan mempunyai mata kehitaman yang indah. Baginda bahkan mengatakan, “Aku lihat Tuhanku dalam rupa jejaka tampan”. Kerana Allah tidak menyerupai sesuatu, hadis ini dimengertikan sebagai kenyataan sifat-sifat Allah Yang Maha Indah digambarkan di dalam cermin roh yang suci. Gambaran ini dinamakan bayi bagi hati. Rupa kebendaan, badan, adalah cermin kepada kebijaksanaan ketuhanan yang mengajarkan dan membentuk kita. Gambaran ini juga adalah perhubungan di antara hamba dengan Tuhan. Saidina Ali r.a berkata, “Jika aku tidak dibentuk oleh Tuhanku aku tidak akan mengenal-Nya”.

Bagi pembentukan kerohanian, seseorang itu memerlukan petunjuk, bimbingan dan teladan daripada pembimbing yang masih hidup. Guru-guru yang menjadi pembimbing adalah nab-nabi dan orang-orang yang hampir dengan Allah yang mewarisi kebijaksanaan nabi-nabi. Melalui pengajaran mereka hati dan diri seseorang diterangi cahaya, menerangi perjalanan mereka. Murid menemui roh yang diilhamkan di dalam dirinya melalui mereka yang menjadi guru kerohanian tersebut.
“Dia jualah yang tinggi darjat-Nya, yang memiliki arasy. Dia kirimkan roh (dari perintah-Nya) kepada sesiapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya buat Dia ancam dengan hari pertemuan”. (Surah Mukmin, ayat 15).

Untuk keselamatan hati kamu mestilah mendapatkan guru yang mengilhamkan kamu dengan roh itu.

Imam al-Ghazali berkata, “Tidak menjadi kesalahan bagi seseorang melihat Allah dalam mimpinya sebagai gambaran yang indah. Gambaran itu adalah symbol menurut peringkat kerohanian seseorang. Apa yang dilihat tentu sekali bukan Zat Yang Maha Suci yang tidak serupa dengan sesuatu. Begitu juga Nabi s.a.w tidak dapat dilihat dalam rupa baginda yang asli, kecuali mereka yang menjadi waris kepada hikmah kebijaksanaan baginda, ilmu dan amalan baginda, dan yang mengikuti baginda secara keseluruhan. Yang lain, bila mereka mimpikan Rasulullah s.a.w, mimpikan simbol menurut kemampuan dan suasana mereka, tetapi mereka tidak sebenarnya melihat baginda”.

Kata qil (kata orang bijak pandai), “Dibolehkan melihat Allah di dalam mimpi sebagai cahaya atau rupa manusia”. Dia menyatakan Diri-Nya dalam bentuk sifat-sifat-Nya. Kepada Nabi Musa a.s Dia kelihatan sebagai api pada pokok jujube yang terbakar. Itu adalah penzahiran tentang Kalam Suci yang Nabi Musa a.s dengan sebagai Belukar Terbakar, mengatakan,“Wahai Musa, apakah di tangan kamu?’ (Surah Ta Ha, ayat 15).

Apa yang kelihatan kepada Musa a.s sebagai api adalah cahaya Ilahi. Dia melihatnya sebagai api menurut peringkat dan hasratnya, kerana dia sedang mencari api. Bagi manusia, peringkat kewujudan terendah pada dirinya ialah tumbuh-tumbuhan, kemudian haiwan. Apakah yang ganjil jika manusia yang telah menyucikan dirinya daripada tahap-tahap rendah itu sehingga menjadi manusia sempurna, melihat kenyataan Tuhan dizahirkan sebagai Belukar Terbakar. Bagi manusia sempurna yang lain Allah menzahirkan Kalam-Nya sebagai perkataan mereka sendiri, keluar daripada mulut mereka. Bayazid al-Bustami berkata, “Zatku adalah Yang Maha Mulia. Betapa besarnya kemuliaan daku”. Kalam Suci keluar daripada mulut Junaid al-Baghdadi, “Tiada yang lain kecuali Allah di dalam jubahku”. Terdapat rahsia-rahsia besar di dalam peringkat seperti ini yang dicapai oleh manusia sempurna. Terlalu sukar untuk menerangkannya dan terlalu panjang untuk menghuraikannya. Ia hanya berkaitan dengan mereka yang menghabiskan hayatnya mengejar ilmu batin.

Untuk menjadi penerima penzahiran Ilahi dan untuk berhubung dengan roh Nabi s.a.w, seseorang mesti diajar dan dididik dan dibawa ke peringkat kerohanian tersebut. Orang yang baharu memasuki perjalanan kerohanian tidak boleh berharap dapat berhubung dengan Allah dan Rasul-Nya. Di antara guru yang suci yang hampir dengan Allah dan Rasul-Nya ada hubungan yang mengatasi zahiriah. Jika Nabi s.a.w masih hidup seseorang boleh mengambil ilmu secara langsung daripada baginda dan tidak perlulah kepada perantaraan. Tetapi oleh kerana baginda sudah wafat dan berpindah kepada alam baqa, baginda berpisah dengan keadaan keduniaan dan kebendaan. Jadi, seseorang tidak dapat berhubung secara langsung dengan baginda. Hal yang sama juga terjadi pada guru yang benar. Bila mereka meninggal dunia orang ramai tidak boleh lagi belajar dengan mereka.

Kamu akan faham jika kamu mempunyai pengertian yang mendalam, jika kamu mencari bukan untuk menjadi luar biasa. Mencari untuk memperolehi kefahaman ini dengan renungan mendalam, agar kamu melepasi kegelapan ego diri kamu dengan cahaya yang dinyalakan. Kamu perlu cahaya untuk melihat, untuk mengerti. Kamu tidak boleh melihat di dalam kegelapan. Cahaya itu hanya jatuh pada tempat yang sesuai, yang teratur dan suci, tempat yang mulia. Orang yang baharu, dengan dirinya sendiri, tidak dapat meletakkan dirinya dalam kesesuaian dan sebab itu memerlukan guru.

Guru yang masih hidup mestilah ada hubungan dengan Nabi s.a.w – iaitu jika dia benar-benar pewaris suasana Nabi s.a.w. Dalam perjalanannya dia menerima bimbingan daripada Nabi s.a.w dan diajarkan untuk menjadi hamba Allah yang sabar. Dengan bantuan ini dia menjadi alat bagi penerusan jalan batin. Selebihnya adalah rahsia. Hanya orang yang layak mengalaminya akan mengalaminya.
“Bagi Allah jualah kemuliaan dan bagi Rasul-Nya dan bagi orang mukmin”. (Surah Munafiquun, ayat 8).

Suasana yang mulia ini adalah rahsia.

Latihan kerohanian bukanlah perkara mudah. Roh kebendaan berada di dalam tubuh dan dilatih dengannya. Tempat roh kerohanian di dalam hati. Tempat roh sultan adalah pusat hati. Tempat roh kudus (roh suci) adalah rahsia. Rahsia itu adalah jalan yang menghubungkan yang hak dengan orang yang beriman. Ia adalah juru bahasa, menterjemahkan yang hak kepada si pencari, kerana rahsia itu kepunyaan Allah, adalah hampir dengan-Nya dan amanah-Nya.

Ada juga mimpi akibat kelakuan buruk. Ia menunjukkan sifat-sifat ego yang menguasai atau kesedaran terhadap kesalahan tetapi dia tidak mampu menghentikannya.

Malah dalam suasana yang lebih baik bila seseorang diingatkan oleh Allah tentang kesalahan dan dosanya dia mimpikan haiwan liar seperti harimau dan singa, serigala dan beruang, anjing dan babi jantan, dan haiwan-haiwan kecil – musang, arnab, kucing ular, kala jengking dan haiwan yang memakan daging dan juga haiwan berbisa, haiwan yang merosakkan.,

Untuk menyatakan sebahagian kecil kejahatan yang ditunjukkan oleh gambaran-gambaran itu: Harimau adalah simbol; ujub dan besar diri serta takabur yang sampai kepada peringkat angkuh dengan Allah:
“Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan tidak mahu terima dia, maka tidak akan dibuka pintu-pintu langit dan tidak akan mereka masuk syurga sehingga unta boleh masuk ke lubang jarum”. (Surah al-A’raaf, ayat 40).

Hukuman yang sama juga bagi mereka yang angkuh dengan sesama manusia.

Serigala adalah simbol kasihkan diri yang melampau dan inginkan pujian. Beruang melambangkan kemarahan dan keberangan dan kezaliman ke atas orang yang dia kuasai. Serigala melambangkan kerakusan tanpa memperdulikan haram dan halal, bersih atau kotor. Anjing melambangkan kasihkan dunia dan huru harinya. Babi melambangkan kedinginan, cita-cita tinggi, berendam dan hawa nafsu yang kuat. Musang menunjukkan penipuan, pembohongan, menipu dalam urusan dunia. Arnab menunjukkan kelakuan yang sama, kecuali dilakukan secara tidak sedar dan dalam kelalaian. Harimau bintang – usaha yang digunakan tanpa pertimbangan dan menyakitkan hati, juga ingin menjadi terkenal. Kucing – kebakhilan dan memutar belit. Ular – berbohong, mengata-ngata, membuat tuduhan palsu dan menyakitkan orang lain dengan perkataannya. Kala jengking – kritik yang tidak sihat, mempersendakan orang dan tidak menerima mereka. Tebuan – bahasa kesat yang menyakitkan hati orang.

Jika seseorang bermimpi berlawan dengan salah satu daripada haiwan tersebut tetapi tidak dapat mengalahkannya dia perlu memperkuatkan lagi usaha, ibadat dan ingatan secara sedar, sehingga sekali pukul binatang itu dapat dihapuskan. Jika bermimpi membunuh binatang itu bermakna dia telah berhenti melakukan kesalahan dan menyakitkan hati orang lain. Allah berfirman:
“Dia akan hapuskan daripada mereka kejahatan dan Dia akan perbaiki keadaan mereka”. (Surah Muhammad, ayat 2).

Jika dia bermimpi salah satu daripada binatang itu berubah menjadi manusia itu tandanya suasananya yang salah dahulu telah diperbetulkannya dan taubatnya diterima, kerana tanda sebenar taubat diterima ialah ketidak-upayaan melakukan kesalahan yang sama.
“Kecuali orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan akal salih, maka mereka itu Allah tukarkan kejahatan mereka dengan kebaikan…” (Surah al-Furqaan, ayat 70).

Bila seseorang diselamatkan daripada kejahatan dan kesalahan dia mesti menjaganya sungguh-sungguh, jangan berasa sudah selamat, kerana hawa nafsu dan ego mendapat kembali kekuatannya melalui ingatan yang sedikit terhadap keingkaran, bangkangan dan kejahatan, dan membawa seseorang kembali kepada cara lama. Suasana roh yang sejahtera dengan mudah akan hilang. Tujuan Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya menahan diri daripada yang haram adalah mengwujudkan amaran yang berterusan untuk menjaga seseorang agar sentiasa berwaspada.

Ego jahat yang memerintah kadang-kadang kelihatan dalam mimpi sebagai orang kafir; diri yang mengkritik diri sendiri boleh kelihatan sebagai orang Yahudi; diri yang berperangsang kadang-kadang kelihatan sebagai orang Kristian.