Minggu, 29 Juni 2014

Menembus Alam Ruhani

Di dalam hati manusia terdapat dua ajakan:

1. Ajakan Malaikat ; Ajakan yg mengajak kepada kebaikan dan membenarkan kepada yg benar (haq);
2. Ajakan Musuh ; Ajakan yg mengajak kepada kejahatan, mengingkari kebenaran dan melarang kepada kebajikan.
Hasan al-Bashri ra berkata: “Sesungguhnya kedua ajakan itu adalah kemauan yg selalu mengitari hati manusia, kemauan dari Allah dan dari musuh, hanya dg sebab Rahmat Allah, seorang hamba mampu mengontrol kemauan-kemauannya tsb. Oleh karena itu, apa-apa yg datang dari Allah hendaknya dipegang oleh manusia dg erat-erat dan apa yg datang dari musuh, dilawannya kuat-kuat.“
Mujahid ra berkata; Firman Allah SWT:
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
“Dari kejahatan bisikan setan yg biasa bersembunyi.” (QS. an-Nas; 114/4)
Bisikan itu mencengkram hati manusia, apabila manusia berdzikir kepada Allah, maka setan itu akan melepaskan cengkramannya namun apabila manusia kembali lupa, maka setan itu akan kembali mencengkram hatinya.
Muqotil ra berkata: “Dia adalah setan yg berbentuk babi hutan yg mulutnya selalu menempel di hati manusia, dia masuk melalui jalan darah untuk menguasai manusia lewat hatinya. Apabila manusia melupakan Allah Ta’ala, dia menguasai hatinya dan apabila manusia sedang berdzikir kepada Allah dia melepaskan dan keluar dari jasad manusia itu.“
Di dalam hati ada enam bisikan (khatir):
(1) Bisikan Nafsu syahwat;
(2) Bisikan Setan;
(3) Bisikan Ruh;
(4) Bisikan Malaikat;
(5) Bisikan Akal; dan
(6) Bisikan Keyakinan.
1. Bisikan Nafsu Syahwat
Bisikan yg secara kudrat tercipta untuk memerintah manusia mengerjakan kejelekan dan memperturutkan hawa nafsu.
2. Bisikan Setan
Bisikan (perintah) agar manusia menjadi kafir dan musyrik (menyekutukan Allah), berkeluh-kesah, ragu terhadap janji Allah SWT cenderung berbuat maksiat, menunda-nunda taubat dan apa saja yg menyebabkan kehidupan manusia menjadi hancur baik di dunia maupun di akherat. Ajakan setan ini adalah ajakan paling tercela dari jenis ajakan jelek tsb.
3. Bisikan Ruh
Bisikan yg mengajak manusia mengikuti kebenaran dan ketaatan kepada Allah SWT dan juga kepada apa saja yg bersesuaian dg ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan keselamatan dan kemuliaan manusia, baik di dunia maupun di akherat. Ajakan ini adalah dari jenis ajakan yg baik dan terpuji.
4. Bisikan Malaikat
Bisikan malaikat sama seperti bisikan ruh, mengajak manusia mengikuti kebenaran dan ketaatan kepada Allah SWT dan segala yg bersesuaian dg ilmu pengetahuan dan juga kepada apa saja yg menyebabkan keselamatan dan kemuliaan.
5. Bisikan Akal
Bisikan yg cenderung mengarahkan pada ajakan bisikan ruh dan malaikat. Dengan bisikan akal tsb sekali waktu manusia mengikuti nafsu dan setan, maka manusia terjerumus kepada perbuatan maksiat dan mendapatkan dosa. Sekali waktu manusia mengikuti bisikan ruh dan malaikat, maka manusia beramal sholeh dan mendapatkan pahala. Itulah hikmah yg dikehendaki Allah SWT terhadap kehidupan manusia. Dengan akalnya, supaya manusia mempunyai kebebasan untuk memilih jalan hidup yg dikehendaki namun kemudian manusia juga harus mampu mempertanggungjawabkan atas kesalahan dan kejahatan dg siksa dan neraka dan menerima balasan dari amal sholeh dg pahala dan surga.
6. Bisikan Keyakinan
Bisikan Yakin adalah cahaya Iman dan buah ilmu dan amal yg datangnya dari Allah dan dipilihkan oleh Allah SWT. Ia diberikan khusus hanya kepada para kekasih-Nya dari para Nabi, Shiddiqin, para Syuhada dan para wali-Nya. Bisikan yakin itu berupa ajakan yg selalu terbit dari dalam hati untuk mengikuti kebenaran walau seorang hamba itu sedang dalam lemah dzikirnya.
Bisikan Yakin itu tidak akan sampai kepada siapapun, kecuali terlebih dahulu manusia menguasai tiga hal;
(1) Ilmu Laduni;
(2) Ahbārul Ghuyūb (khabar dari yg gaib);
(3) Asrōrul Umur (rahasia segala urusan).
Bisikan yakin itu hanya diberikan oleh Allah Ta’ala kepada orang-orang yg dicintai-Nya, dikehendaki-Nya dan dipilih-Nya. Yaitu orang-orang yg telah mampu fana di hadapan-Nya. Yang telah mampu gaib dari lahirnya. yg telah berhasil memindahkan ibadah lahir menjadi ibadah batin, baik terhadap ibadah fardhu maupun ibadah sunnah. Orang-orang yg telah berhasil menjaga batinnya untuk selama-lamanya. Allah SWT yg mentarbiyah mereka.
Sebagaimana yg telah dinyatakan dg firman-Nya:
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِي
“Sesungguhnya Waliku adalah Allah, dan Dia mentarbiyah (memberikan Walayah) kepada orang-orang yg sholeh.” (QS. al-A’raaf; 7/196)
Orang tsb dipelihara dan dicukupi dg sebab-sebab yg dapat menyampaikan kepada keridlaan-Nya dan dijaga serta dilindungi dari sebab-sebab yg dapat menjebak kepada kemurkaan-Nya. Orang yg setiap saat ilmunya selalu bertambah. Yaitu ketika terjadi pengosongan alam fikir, maka yg masuk ke dalam bilik akalnya hanya yg datangnya dari Allah SWT. Seorang hamba yg ma’rifatnya semakin hari semakin kuat. Nurnya semakin memancar. Orang yg selalu dekat dg yg dicintainya dan yg disembahnya. Dia berada di dalam kenikmatan yg tiada henti. Di dalam kesenangan yg tiada putus dan kebahagiaan tiada habis. Surga baginya adalah apa yg ada di dalam hatinya.
Ketika ketetapan ajal kematiannya tiba, disebabkan karena masa baktinya di dunia fana telah purna, maka untuk dipindahkan ke dunia baqa, mereka akan diberangkatkan dg sebaik-baik perjalanan. Seperti perjalanan seorang pengantin dari kamar yg sempit ke rumah yg luas. Dari kehinaan kepada kemuliaan. Dunia baginya adalah surga dan akherat adalah cita-cita. Selama-lamanya mereka akan memandang wajah-Nya yg Mulia, secara langsung tanpa penghalang yg merintangi.
Allah SWT menegaskan hal tsb dg firman-Nya:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ (54) فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ
“Sesungguhnya orang-orang yg bertakwa itu, berada di taman-taman dan sungai-sungai - Di tempat yg disenangi di sisi Tuhannya yg Maha Kuasa.” (QS. al-Qomar; 54/54)
Dan firman Allah SWT:
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ
“Bagi orang-orang yg berbuat baik, ada pahala yg terbaik dan tambahan.“ (QS. Yunus; 10/26)
Firman Allah SWT di atas: “Ahsanuu”, artinya berbuat baik dg menta’ati Allah SWT dan Rasul-Nya, serta selalu mensucikan hatinya dg meninggalkan amal ibadah yg selain untuk-Nya. Allah SWT akan membalasnya di akherat dg surga dan kemuliaan. Diberi kenikmatan dan keselamatan. Ditambahi dg pemberian yg abadi. Yaitu selama-lamanya memandang kepada wajah-Nya yg Mulia.
“Nafsu dan Ruh” adalah dua tempat bagi setan dan malaikat. Keadaannya seperti pesawat penerima yg setiap saat siap menerima signal yg dipancarkan oleh dua makhluk tsb. Malaikat menyampaikan dorongan ketakwaan di dalam ruh dan setan menyampaikan ajakan kefujuran di dalam nafsu. Oleh karena itu, nafsu selalu mengajak hati manusia untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan fujur.
Di antara keduanya ada Akal dan Hawa. dg keduanya supaya terjadi proses hikmah dari rahasia kehendak dan keputusan Allah yg azaliah. Yaitu supaya ada pertolongan bagi manusia untuk berbuat kebaikan dan dorongan untuk berbuat kejelekan. Kemudian akal menjalankan fungsinya, memilih menindaklanjuti pertolongan dan menghindari ajakan kejelekan, dg itu supaya tidak terbuka peluang bagi hawa untuk menindaklanjuti kehendak nafsu dan setan. Sedangkan di dalam hati ada dua pancaran Nur, “Nur Ilmu dan Nur Iman”. itulah yg dinamakan yakin. Kesemuanya indera tsb merupakan alat-alat atau anggauta masyarakat hati. Hati bagaikan seorang raja terhadap bala tentaranya, maka hati harus selalu mampu mengaturnya dg aturan yg sebaik-baiknya.
Walhasil, yg dimaksud alam ruhaniah itu bukan alam jin atau alam ghaib, tetapi alam-alam batin yg ada dalam jiwa manusia. Alam batin yg menyertai alam lahir manusia secara manusiawi. dg alam batin, manakala indera-indera yg ada di dalam alam batin itu hidup, maka manusia bisa mengadakan interaksi dg makhluk batin dg segala rahasia kehidupan yg ada di dalamnya sebagaimana dg alam lahir manusia dapat mengadakan komunikasi dg makhluk lahir dg segala urusannya.
Untuk menghidupkan indera-indera yg ada di alam batin tsb, manusia harus mampu mencapainya dg jalan melaksanakan mujahadah dan riyadhoh di jalan Allah. Mengharapkan terbukanya matahati (futuh) dg menempuh jalan ibadah (thoriqoh) dg bimbingan seorang guru mursyid sejati. Perjalanan tsb bukan menuju suatu tempat yg tersembunyi, melainkan menembus pembatas dua alam yg di dalamnya penuh mesteri. Dengan itu supaya ia mencapai suatu keadaan yg ada dalam jiwa yg dilindungi, supaya dg keadaan itu ia dapat menemukan rahasia jati diri yg terkadang orang harus mencari setengah mati. Itulah perjalanan tahap awal yg harus dicapai seorang salik dg sungguh hati. Lalu, dg mengenal jati diri itu, dg izin Allah selanjutnya sang pengembara sejati dapat menemukan tujuan akhir yg hakiki, yakni menuju keridhoan Ilahi Rabbi.
Sumber :
al-Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq (Syeikh Abdul Qadir al-Jailani ra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar