Jumat, 24 April 2020

PANGERSA ABAH ANOM QS MENERIMA & MEMBALAS HADIAH MURIDNYA



PANGERSA ABAH ANOM QS MENERIMA & MEMBALAS HADIAH MURIDNYA

Sekian tahun yg lalu terlintas di dlm hati Haji Rena ingin menghadiahkan mobil VW Combi kpd Pangersa Abah Anom qs. Tetapi ketika itu Haji Rena masih belum menemukan mobil VW Combi yg bagus. Sehingga Haji Rena justru membeli mobil Minibus Mitsubishi Star Wagon Chaptain Seat dari Mas Adi putra Jendral Yoga Soegomo.

Haji Rena dgn hati gembira penuh syukur ingin memperlihatkan mobil tsb kpd Pangersa Abah. Maka pada suatu pagi Haji Rena segera berangkat menuju ke Pontren Suryalaya. Setelah menghadap Pangersa Abah maka Haji Rena langsung menceritakan tentang mobil tsb.

Pangersa Abah kemudian berkata: “Ayo, Ren, kita coba mobil ini sambil lihat lokasi tanah yg akan dibangun kampus (Latifah Mubarokiyah).” 

Haji Rena dgn mobil barunya kemudian membawa Pangersa Abah berkeliling di sebidang tanah kosong yg sekarang menjadi kampus IAILM. Sambil menikmati kenyamanan mobil tsb Pangersa Abah berkata: “Ren, mobil ini bagus ya? Coba dengerin deh, Ren… Suara mesinnya halus… Ini setaraf dgn VW Combi…” 

Haji Rena hanya terdiam saja tanpa berkata sepatah kata pun sambil merenungi ucapan Pangersa Abah. Setelah merasa cukup berkeliling memantau lokasi akhirnya mereka kembali ke Madrasah. Pangersa Abah kemudian masuk ke dlm Madrasah demikian juga Haji Rena bersiap-siap utk mandi.

Selesai mandi menjelang maghrib, kemudian Haji Rena menelepon istrinya. Haji Rena bertanya: “Apakah kamu ikhlas kalo kita hadiahkan mobil ini kpd Pangersa Abah?”

“Silakan saja.. Kalo utk Abah.. Apa pun saya ikhlas..” Jawab istri Haji Rena secara spontan.

Maka keesokan paginya Haji Rena menemui Pangersa Abah serta menyampaikan maksudnya: “Abah, rencananya mobil ini akan saya hadiahkan kpd Abah..”

“Ohh utk apa, Ren..? Kenapa..?” Tanya Pangersa Abah dgn tersenyum, “Abah kan gak minta mobil..” 

“Iya memang Abah tdk minta mobil… Tapi kan Rena yg ingin ngasih mobil kpd Abah… Namanya juga Rena orang biasa… Ingin rezeki Rena dipake sama Abah… Mudah-mudahan Abah menerima mobil Rena ini…” Jawab Haji Rena dgn sikap ta’zhim.

“Iyaa, Ren.. Tapi Rena bawa pulang saja dulu mobilnya.. Nanti Abah kasih kabar..” Pangersa Abah menerima niat Haji Rena.

Haji Rena terus menunggu kabar berita dari Pangersa Abah yg tak kunjung tiba. Sehingga beberapa waktu kemudian Haji Rena datang lagi ke Pontren Suryalaya dgn membawa surat-surat kelengkapan mobil tsb. Di hadapan Pangersa Abah kemudian Haji Rena berkata: “Ini, Abah, surat-surat mobil.. Semuanya sdh Rena bawa.. Agar Abah berkenan menerimanya..”

“Baik, Abah terima.. Tapi sekarang mobilnya Rena bawa kembali ke Jakarta..” Kata Pangersa Abah.

Kemudian Haji Rena kembali pulang dgn membawa mobil tsb. Beberapa hari kemudian Haji Rena menerima telepon dari Haji Baban putra Pangersa Abah. Haji Baban menyampaikan: “Ren, kata Abah besok antarkan mobil ke Suryalaya.. Tapi jangan sampai lewat Ashar.. Kalo sampai lewat Ashar berarti gak jadi kata Abah..”
 
Maka keesokan harinya ba’da Shubuh Haji Rena langsung berangkat membawa mobil tsb ke Suryalaya. Menempuh rute perjalanan Jakarta - Tasikmalaya ketika itu belum ada jalan tol Cipularang. Haji Rena bersyukur bisa tiba di Pontren Suryalaya pd waktu Zhuhur. Serta Pangersa Abah berkenan menerima hadiah mobil tsb.

Betapa bahagianya Haji Rena krn hadiah pemberiannya diterima oleh Pangersa Abah. Namun ternyata rasa syukur & bahagianya Haji Rena tdk hanya sampai di situ. Beberapa waktu kemudian Haji Rena mendapatkan hadiah mobil Mitsubishi Jeep Pajero Paris Dakkar Built Up dari Mas Bambang putra Jendral Yoga Soegomo. Sebuah mobil limited edition karena hanya ada lima di Indonesia. Subhaanallaah!

Haji Rena meyakini karunia Allah swt ini terjadi dgn barakah & karamah Pangersa Abah. Serta menyadari memang demikianlah kasih sayang seorang guru mursyid sejati kpd muridnya. Ketika seorang murid memberikan hadiah maka sang guru dgn barakah & karamahnya langsung membalas hadiah tsb. Bahkan dgn balasan yg nilainya lebih besar dari hadiah pemberian sang murid. Alhamdulillaah.. Wallaahu a’lam..

PANGERSA ABAH ANOM QS MENGEDEPANKAN SHALAWAT BANI HASYIM



PANGERSA ABAH ANOM QS MENGEDEPANKAN SHALAWAT BANI HASYIM 

Alfaqir pernah membaca buku tentang fadhilah berbagai macam bacaan shalawat nabi. Dlm buku tsb dijelaskan tentang manfaat & bobot beberapa shalawat. Ada Shalawat Kamilah yg memiliki bobot sepuluh ribu kali shalawat yg lain. Ada Shalawat Sa’adah yg memiliki bobot enam ratus ribu kali shalawat yg lain. Serta berbagai keterangan fadhilah tentang bacaan shalawat lainnya. 

Hal itu menyebabkan Alfaqir berkeinginan utk mengamalkan shalawat yg fadhilahnya paling istimewa. Sehingga pada suatu kesempatan Alfaqir bertanya kpd Pangersa Abah, “Abah, shalawat apakah yg paling utama di sisi Allah..?”

Maka Pangersa Abah menjawab, “Allaahumma shalli ‘alan nabiyyil haasyimiyyi Muhammadiw wa ‘alaa aalihii wa sallim tasliimaa…” diulang sampai tiga kali.

Maa syaa Allaah! Ini adalah Shalawat Bani Hasyim. Padahal beliau bisa menjawab singkat, “Shalawat Bani Hasyim.” Tapi Pangersa Abah justru mengucapkan langsung teks shalawatnya. Bahkan diulang sampai tiga kali. Agar sang murid menerima langsung lafazh Shalawat Bani Hasyim dari lisan beliau. Bukan sekedar dari buku-buku atau dari lisan orang lain. Alhamdulillaah.. Wallaahu a’lam..

PANGERSA ABAH ANOM QS MEMILIKI OTORITAS TERHADAP RIJALUL GHAIB



PANGERSA ABAH ANOM QS MEMILIKI OTORITAS TERHADAP RIJALUL GHAIB

Menjelang Sidang Istimewa MPR tahun 1999 kondisi politik Indonesia begitu mencekam. Sehingga suatu ketika Kiai Wahfi terbangun pkl 01.30 wib, lalu mandi taubat serta melakukan shalat 2 rakaat. 

Setelah itu Kiai Wahfi langsung mengendarai mobilnya seorang diri dgn kecepatan tinggi. Luar biasanya dlm waktu 3,5 jam bisa menempuh perjalanan dari Rawamangun, Jakarta, sampai ke Pontren Suryalaya, Tasikmalaya. Padahal ketika itu belum ada tol Cipularang serta dgn rute melintasi Puncak Pass Cianjur.

Ba’da Isyraq, Kiai Wahfi sowan menghadap Pangersa Abah Anom qs. Ketika itu Pangersa Abah bertanya: “Bagaimana perkembangan Jakarta?” 

“Gawat, Abah…” Jawab Kiai Wahfi. Serta menjelaskan kegentingan yang terjadi di Jakarta. Bahwa semua orang dlm keadaan tegang, situasinya begini, Jenderal ini begini, Jenderal itu begini, orang tidak tahu siapa kawan siapa lawan.

Pangersa Abah diam saja menunduk tawajjuh mendengarkan penjelasan Kiai Wahfi. Melihat sikap tenang Pangersa Abah mendengarkan kabar genting tsb, di dlm diri Kiai Wahfi malah timbul prasangka. Jangan-jangan krn usianya yg sdh sangat sepuh, Pangersa Abah tdk paham kondisi yg diceritakan. Setelah itu Pangersa Abah malah berkata: “Ayo makan dulu..”

Maka dari ruang tengah Madrasah, Pangersa Abah & Kiai Wahfi kemudian bergeser ke ruang makan. Pangersa Abah lalu duduk di sisi kepala meja, sedangkan Kiai Wahfi duduk di sebelahnya. Kemudian Pangersa Abah mengepal-ngepal nasi lalu ditaruh di piring Kiai Wahfi. Demikian juga ikan goreng dikelupas dagingnya serta dikepal-kepal oleh Pangersa Abah lalu ditaruh di piring Kiai Wahfi. Sepertinya begitu cara Pangersa Abah menyalurkan barakah ketentraman qalbu kpd Kiai Wahfi.

Setelah selesai makan & qalbu terasa lebih tentram, maka Kiai Wahfi bertanya: “Jadi apa yg harus kami lakukan, Abah?”

“Masing-masing ada kerjaannya.. Kita orang tharekat, kerjaan kita dzikir..” Jawab Pangersa Abah singkat.

Mendengar jawaban tsb, bathin Kiai Wahfi kembali memberontak: kalau cuma dzikir doang, bagaimana? Situasinya udah mau perang begini. Demikian lintasan fikiran Kiai Wahfi, tapi tidak terucapkan oleh lisannya.

“Kan ada Rijalul Ghaib.. Nanti ada yg ngerjain.. Ada Rijalul Ghaib..” Tiba-tiba Pangersa Abah memecahkan kegundahan Kiai Wahfi

“Rijalul Ghaib apa tuh, Bah?” Tanya Kiai Wahfi polos.

Pangersa Abah diam saja tdk menjawab. Lalu Haji Ujang Endon ajudan Pangersa Abah yg menjawab pertanyaan Kiai Wahfi. Dgn menyebutkan rujukan kitab yg menjelaskan tentang Rijalul Ghaib.  

Setelah itu Kiai Wahfi pamit pulang kpd Pangersa Abah. Sambil mengendarai mobilnya, Kiai Wahfi bertanya-tanya dalam hatinya. Apa itu Rijalul Ghaib? Tiba-tiba Kiai Wahfi teringat dgn peristiwa kerusuhan Mei 1998.

Pada peristiwa tsb ketika banyak orang bersikap brutal melakukan penjarahan. Kiai Wahfi malah berkeliling Jakarta memantau kejadian secara langsung. Mobil Kiai Wahfi melintasi jalan-jalan Jakarta yg dipenuhi ban-ban mobil terbakar serta sepi dari kendaraan lain. Suasana terasa begitu sangat mencekam. Tapi anehnya di beberapa sudut jalan Jakarta, Kiai Wahfi melihat ada orang yg berpakaian putih berdiri saja dengan tenangnya. Sikap tenangnya sangat kontras dgn kebanyakan orang yg sedang bersikap brutal. Anehnya pula Kiai Wahfi tdk bisa memandang wajah orang-orang misterius itu. Apakah ini Rijalul Ghaib yg dikatakan Pangersa Abah?

Bahkan setelah Kiai Wahfi kembali ke Jakarta serta melakukan aktivitas dakwahnya. Juga setelah Sidang Istimewa MPR thn 1999 berlangsung. Ternyata keadaan Jakarta memang aman terkendali. Tidak terjadi kekacauan yg sebelumnya dikhawatirkan oleh Kiai Wahfi. Menjadi bukti para Rijalul Ghaib telah bekerja di belakang layar. Ikut membantu terciptanya suasana yg kondusif di Jakarta. Serta bukti nyata benarnya sabda Pangersa Abah. Alhamdulillaah.. Wallaahu a’lam..

TALQIN DZIKIR OLEH PANGERSA ABAH ANOM QS MENGOBATI PENYAKIT JISMANI & RUHANI



TALQIN DZIKIR OLEH PANGERSA ABAH ANOM QS MENGOBATI PENYAKIT JISMANI & RUHANI

Pada thn 1990 Ayah Mertua Haji Rena telah divonis oleh Dokter Jantung RS Harapan Kita harus dilakukan operasi by pass pd jantungnya. Sebelum operasi dilakukan maka Haji Rena beserta istrinya, ayah-ibu mertuanya & keponakannya berangkat ke Pontren Suryalaya. Tujuannya utk mohon izin & doa restu kpd Pangersa Abah Anom qs agar operasinya nanti berjalan lancar, aman & selamat.

Rombongan Haji Rena tiba di Pontren Suryalaya pd waktu ba’da Ashar. Ketika mereka masuk ke dalam Madrasah terlihat Pangersa Abah sedang duduk bersila di sudut ruangan. Mereka semua langsung mengucapkan salam & mencium tangan Pangersa Abah. Setelah itu Haji Rena langsung menceritakan maksud & tujuan kedatangan mereka kpd Pangersa Abah.

Pangersa Abah lalu menatap tajam serta mengarahkan telunjuknya ke arah dada kiri Ayah Mertua Haji Rena. Kemudian Pangersa Abah berkata: “Iya betul itu ada penyumbatan..”
 
Kemudian Pangersa Abah melanjutkan: “Nah, sekarang kita kan sudah ada dzikir khafinya.. Jeritkan dan hidupkan khafinya..!” Sambil telunjuk Pangersa Abah diketuk-ketukkan dgn ibu jarinya. Terus dari jarak satu meter menunjuk ke arah jantung Mertua Haji Rena.

“Iyaa.. Teruskan dzikir khafinya, ayo.. Terus.. Terus.. Lagi.. Lagi.. Nah, sudah mulai lancar itu jalan darahnya..!” Demikian selama beberapa menit Pangersa Abah menalqin dzikir khafi kpd Mertua Haji Rena.

“Sudah,” kata Pangersa Abah, “sudah lancar sekarang..!”

“Alhamdulillah yaa Rabb..!” Rombongan Haji Rena semuanya bersyukur. Lalu mereka semua mencium tangan sambil berterima kasih kpd Pangersa Abah. Setelah bermalam di Pontren Suryalaya, keesokan harinya mereka berpamitan utk kembali pulang ke rumah mereka.

Setelah kembali dari Pontren Suryalaya, Ayah Mertua Haji Rena sdh merasa sehat wal afiat. Sehingga tidak jadi melakukan operasi by pass jantung di RS Harapan Kita. Demikianlah penyakit jantung Ayah Mertua Haji Rena benar-benar telah sembuh dgn karamah Pangersa Abah. Sampai ia wafat pd thn 2013 sesuai ketentuan ajalnya bukan disebabkan oleh penyakit jantung. Subhaanallaah.. Wallahu a’lam..

KESAKSIAN AHLI HIKMAH BANTEN TERHADAP PANGERSA ABAH ANOM QS



KESAKSIAN AHLI HIKMAH BANTEN TERHADAP PANGERSA ABAH ANOM QS

Abah Syargani adalah tokoh ahli hikmah sekaligus pengamal TQN Banten dari silsilah Syaikh Abdul Karim al-Bantani ra. Pada era ’90-an Abah Syargani sering datang bersilaturahim & bertabarruk kpd Pangersa Abah Anom qs di Pontren Suryalaya. 

Ketika Abah Syargani datang Pangersa Abah selalu menyambutnya dgn gembira. “Eehh Syargani..” Demikian Pangersa Abah menyambut akrab kedatangan Abah Syargani.  

Abah Syargani memiliki banyak murid yang mengamalkan TQN Banten serta ilmu hikmah yang diajarkannya. Para murid Abah Syargani pada level tertentu biasanya mengalami pengujian ilmu kekebalan & ilmu kedigjayaan lainnya. 

Di antara adab Abah Syargani kepada Pangersa Abah adalah selalu memerintahkan murid-muridnya utk menghadiri majelis manaqib TQN Suryalaya. Serta melarang murid-muridnya menaiki menara Masjid Agung Banten ketika berziarah ke sana. Kata Abah Syargani: “Di Menara Masjid Agung Banten inilah Pangersa Abah meneropong jagad..!”

Subhaanallaah! Inilah kesaksian seorang ahli hikmah yang memiliki pengalaman mukasyafah. Walau pun secara fisik Pangersa Abah senantiasa menetap di Pontren Suryalaya. Tapi Abah Syargani sering menyaksikan Pangersa Abah secara ruhani memantau alam semesta di Menara Masjid Agung Banten. Ini menambah keyakinan bahwa Pangersa Abah memang Wali Quthub yang ditugaskan Allah swt memantau alam semesta. Wallahu a’lam.