Sabtu, 02 Mei 2020

MIFTAHUS SHUDUR - Karya Pangersa Abah Anom


          




PASAL 1 

INTI NAFI DAN ISBAT 

Dzikir Nafi dan Isbat, dengan lain perkataan kalimat dzikir yang tidak mengakui semua Tuhan dan menetapkan kepada ALLAH yang tunggal adalah dzikir yang paling besar manfaatnya dan paling sangat berbekas bagi manusia, yaitu kalimat: LAA ILAAHA ILLALLAH, artinya tiada Tuhan selain Allah. 

Tuhan berkata dalam firman-Nya: 
Ketahuilah tentang Tuhan itu, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah” 

Nabi Muhammad SAW bersabda: 
Yang paling utama apa yang aku ucapkan dan apa yang diucapkan oleh nabi-nabi sebelumku, yaitu: ”LAA ILAAHA ILLALLAH

Kemudian Nabi berkata pula dalam hadist: 
Barangsiapa yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH dengan ikhlas pasti masuk syurga

Dalam hadist lain junjungan kita juga bersabda: 
Bagi mereka yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tidak usah takut akan kejahatan dalam kubur dan kejahatan pada waktu berkumpul di Padang Makhsyar.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda pula: 
Jika ada seseorang yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH secara benar, meskipun ia memiliki dosa sebesar bumi akan diampuni Tuhan dosanya itu.” 

Kalimat itu dinamakan “Kalimat Thoyyibah” yang dapat mensucikan orang yang mengucapkannya, dari syirik jali sebagaimana ia dapat membersihkan jiwa orang itu dari syirik khofi dan menjadikan orang itu orang ikhlas dan murni. Begitu juga kalimat ini dapat membuka hati manusia dari hijab yang selalu menghalangi kepada kebenaran, serta membersihkan jiwa orang itu dari segala kotoran dan sifat-sifat kebinatangan. 

Kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH itu mengkaruniai kasyaf bagi yang mengucapkan untuk selama-lamanya, di samping mengkaruniai sifat sidiq, ikhlas, ilmu laduni, rahasia-rahasia yang aneh dan akan diberi musyahadah bermacam-macam alamat dari Tuhan. 

Karunia yang demikian itu di peroleh, jika ucapan kalimat itu diambil dan di terima dari hati yang taqwa dan suci dari selain Allah, bukan hanya dipetik dan di dengar saja dari mulut-mulut orang awam. Kalimat Nafi-Isbat itu meskipun sepotong ayat yang pendek, tetapi maknanya sangat luas meliputi seluruh hati jika di ambil dengan butir- butir tauhid dari hati yang hidup, butir- butir itu akan tumbuh. Berlainan dengan butir- butir yang tidak mencapai dan tidak hidup. 

Rasulullah bersabda : 
Bahwasanya Allah ta’ala itu mengharamkan api neraka menjilat orang yang berkata LAA ILAAHA ILLALLAH yang ditujukan hanya kepada Allah semata-mata.” (HR. Bukhori-Muslim). 

Dalam hadist lain : 
“Orang sedang berdzikir seperti pohon yang rindang di tengah-tengah pohon kering.” 

Nabi berkata juga : 
”Orang yang ingat kepada Allah adalah laksana orang yang hidup di tengah-tengah orang yang mati.” 

Dalam Al Quran Tuhan befirman : 
”Barang siapa yang dibuka dadanya untuk islam , maka ia berada di tengah-tengah Nur Tuhannya. Neraka “wail” disediakan bagi orang yang hasad (keras) hatinya dan tidak berdzikir kepada Allah, orang itu berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar ayat 22) 

Dalam Al-Qur’an Tuhan berfirman: 
”Dialah Allah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, untuk mengatasi seluruh agama itu kepada manusia, meskipun tidak disenangi oleh orang-orang yang musyrik.” (QS. As-Shaf ayat 9) 

Firman Allah dalam Al-Qur’an : 
“Dialah Tuhan yang telah mengutus seorang Rasul di antara kalangan manusia yang tidak dapat membaca dan menulis.” yang maksudnya : 
1. Agar menyampaikan keterangan-keterangan tanda-tanda kebesaran Allah SWT 
2. Membersihkan kotoran-kotoran hati mereka (sifat mazmunah) ; dan 
3. Agar pula diajarkan kepada mereka isi Kitab suci dan hikmahnya meskipun itu berada dalam keadaan sesat. (QS. Al-Jumu’ah ayat 2) 

Pada tempat yang lain, Allah berfirman kepada Nabi Muhammad SAW.: “Katakanlah, bahwa inilah jalanku, serukan mereka kembali kepada Allah dengan hati yang terang, katakanlah ikutilah aku dan orang yang sepaham dengan aku.” (QS.Yusuf ayat 108) 

Oleh karena itu wahai saudara saudaraku semua, sadarlah kamu dan segera kembali minta ampun kepada Tuhanmu beserta rombongan (guru-guru) kerohanianmu. Tidak ada jalan lain yang lebih pendek dan tidak ada teman yang dapat menolongmu dalam alam ini, kecuali jalan Tuhan itu. Tidaklah kita datang kedunia yang kotor dan yang hina dina untuk tinggal selama-lamanya. 

Kita datang ke dunia tidak hanya untuk makan dan minum dan untuk melepaskan hawa nafsu yang cemar, sedang Nabimu menanti kedatanganmu ke alam Baqa’ dengan muram durja.

Nabi SAW bersabda: 
”Duka cita karena umatku yang akhir jaman akan terpecah pecah menjadi 73 golongan.”

Dari Abdullah bin Zaid,dari Abdullah bin Umar diterangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : 
”Bani Israil akan pecah dalam 71 golongan, nasrani akan pecah dalam 72 golongan dan umatku akan pecah 73 golongan. Semuanya masuk ke dalam neraka kecuali 1 golongan. Orang bertanya : ”siapakah golongan itu? Rasulullah SAW menjawab :” ialah yang seperjalanan dengan daku dan sahabatku.” 

Allah berfirman : 
”Ada di antara umat yang kami jadikan itu mendapat petunjuk sepanjang yang haq dan oleh karena itu mereka berbuat adil.” (QS. Al-A’raf : 181) 

Tuhan berfirman pula : 
” Aku tidak jadikan jin dan manusia itu, kecuali untuk menyembah daku “. (QS.Az Zuhriyat : 56) 

Maksud ayat ini, manusia dan jin dijadikan agar mereka menyembah Tuhan. Penyembahan ini dinamakan ma’rifat dan ia dapat diperoleh hanya dengan terbuka hijab nafsunya dari cermin hati dengan segala kesuciannya . 

Maka orang yang dikarunia demikan itu melihat keindahan perbendaharaan yang tersembunyi dalam rahasia lubuk hatinya seperti yang pernah difirmankan Allah SWT, dalam sebuah hadist Qudsi : 
 “AKU adalah perbendaharaan yang tersembunyi, AKU ingin di ketahui, AKU jadikan mahluk supaya AKU diketahui dan dikenal.” 

Dari Hadist jelas bahwa Allah menjadikan manusia untuk kepentingan makrifat, yaitu mengenal NYA dengan sebaik-baiknya. 

Makrifat ada 2 macam: 
1. Ma’rifat sifat Allah 
2. Ma’rifat zat Allah 

Ma’ifat sifat merupakan keutamaan badan dalam 2 negara, yaitu dunia dan akhirat. Sedangkan makrifat Dzat merupakan keutamaan ruh yang suci di akhirat. 

Tuhan berfirman : 
”Bahwa manusia - manusia itu di hari kemudian akan melihat Tuhan.” (QS.AL Qiyamah : 23) 

Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW selalu memperingatkan ( mentalqinkan) kalimat Thoyibah kepada sahabat - sahabatnya guna : 
1. Membersihkan hatinya; 
2. Membersihkan jiwanya; 
3. Menyatakan hubungan dengan Tuhannya; 
4. Mencapai kebahagiaan yang suci. 

Sebuah hadist dari Ali bin Tholib K.W. berbunyi : 
”Bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW menceritakan bahwa Jibril mengatkan demikian : ” Belum pernah aku turun membawa kalimat yang lebih agung dari kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH, karena dengan kalimat itu tegaklah langit dan bumi, gunung dan tumbuh-tumbuhan, laut dan daratan. Itulah kalimat ikhlas, kalimat islam, kalimat kemenangan, kalimat kedekatan dengan Tuhan, kalimat taqwa kalimah kemenangan, dan kalimat angkasa perkasa.” 

Dalam hadist yang lain disebut : 
” Itulah kalimat Tauhid , kalimat ikhlas, kalimat taqwa, kalimat thoyibah, kalimat da’watul haq, kalimat urwatul wusqo, dan itulah kalimat tsama’ ‘ul jannah ( harga dan pembeli surga).” 

Bersabda pula Nabi Muhammad SAW : 
“ Perbaruilah iman kamu. Sahabat bertanya : ”Bagaimana kami memperbarui iman kami yaa Rasulullah? ”jawab Nabi ; ” dengan memperbanyak ucapan LAA ILAAHA ILLALLAH.”

Dan Nabi SAW bersabda pula: 
“Barang siapa memperbanyak dzikrulloh, ia terlepas dari munafiq.” 

Dan sabdanya pula: 
” Dzikrullah itu adalah ciri iman, kemerdekaan, membebaskan diri dari munafiq, benteng pertahanan dari serangan syetan dan tameng dari panasnya api neraka.” 

Tuhan berfirman : 
“ Tidaklah kamu melihat Allah mengadakan kalimat Thoyibah seperti menegakkan pohon thoyibah yang urat akarnya teguh dan cabangnya berkembang di langit, diberi (didatangi) makanan tiap waktu dengan izin Tuhannya. Demikian contoh yang di berikan Allah kepada manusia agar mereka ingat.” ( QS.Ibrahim : 24 ) 

Penegakan ini Tuhan karuniakan ke dalam hati hamba - hamba yang dicintai-Nya dengan firman : 
”Ditetapkan Allah mereka yang beriman dengan kata - kata yang tetap dan tegak dalam kehidupan akhirat. Allah menyesatkan orang orang yang dzalim dan ia berbuat sekehendaknya.”( QS.Ibrahim : 27) 

Dengan fitrah ini hendaknya dijelaskan bahwa Allah menegakkan tauhid yang urat tunggangnya terhujam di bumi yang ketujuh dan cabang cabangnya di langit arsy, kemudian ditaburkan bibit tauhid diatas tanah persemaian hati agar tumbuh dari dalam pohon tauhid yang urat tunggangnya di dalam angkasa rahasia dan berbuat tauhid untuk keridhoan Tuhan, sebagai tujuan amal sholeh, maka hiduplah hakikat insani yang dinamakan tiflul ma’ani (pengertian pengertian yang pelik). 

Maka firman Tuhan : 
“Kepadanya naik gubahan-gubahan kata yang indah, yakni LAA ILAAHA ILLALLAH dan kepadanya terangkat amal yang sholeh. ”( QS.Al Fathir : 10 ) 

Dalam firman yang lain pula: 
“Barang siapa yang ingin berjumpa dengan Tuhannya hendaklah ia beramal sholeh dan tidak menyekutukan Tuhannya itu dengan apapun juga dalam ibadat penyembahannya.” ( QS.Al Kahfi :110 ) 


PASAL 2 

DZIKIR JAHAR 

Cara melakukan dzikir jahar (dzikir dengan suara yang keras) ialah bahwa orang yang berdzikir itu memulai dengan ucapan LAA dibawah pusar dan diangkatnya sampai ke otak dalam kepala, sesudah itu di ucapkan ILAAHA dari otak dengan menurunkannya perlahan lahan ke bahu kanan. Lalu memulai lagi mengucapkan ILLALLAH dari bahu kanan dengan menurunkan kepala kepada pangkal dada di sebelah kiri dan berkesudahan pada hati sanubari di bawah tulang rusuk lambung dengan menghembuskan lafadz nama Allah sekuat mungkin sehingga terasa geraknya pada seluruh tubuh seakan akan pada seluruh badan amal yang rusak itu terbakar dan memancarkan Nur Tuhan. 

Getaran itu meliputi seluruh bidang latifah sehingga dengan demikian tercapai makna tahlil yang artinya : ”tidak ada yang di maksud melainkan Allah ”. 

Kalimat Nafi melenyapkan seluruh wujud sesuatu yang baru dari pada pandangan dan ibarat, lalu berubah menjadi pandangan fana dan kalimat Isbat di tegakkanlah dengan tegak dalam hati dan kepada dzat yang Maha Besar, lalu memandang dzat Allah dengan pandangan Baqa’.

Setelah selesai dzikir dengan bilangan ganjil, dapatlah kita pada akhirnya membaca: 
” SAYYIDUNA MUHAMMADUR RASULULLAH SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM” 

Di antara syarat-syaratnya, yaitu bahwa orang yang berdzikir itu : 
1. Dalam wudhu yang sempurna; 
2. Berdzikir dengan pukulan gema yang kuat; 
3. Suara keras yang dapat menghasilkan NUR DZIKIR dalam rongga bathin mereka yang berdzikir, sehingga hati mereka itu hidup dengan Nur Hidup abadi yang bersifat keakhiratan,

Seperti firman Allah dalam Al Quran: 
“Mereka tidak merasakan mati kecuali yang pertama dan terpelihara dari adzab neraka (QS.Ad-Dukhan : 56) 

Rasulullah SAW berkata mengenai persoalan ini : 
” Orang orang yang mukmin itu sebenarnya tidak mati, tetapi mereka berpindah dari fana kepada kampung yang Baqa”. 

Dan beliau bersabda pula : 
”Hendaklah engkau mencapai mati sebelum mati. Barang siapa yang ingin melihat mayat diatas bumi, hendaklah ia melihat kepada sahabat Abu Bakar r.a.” 

Nabi berkata pula : 
”Orang yang mukmin itu dengan Nurulloh yang ia jadikan daripadanya.”

Sayiduna Umar r.a. berkata : 
” Hatiku melihat Tuhan dengan Nur Tuhan.” 

Ru’yatulloh atau melihat Tuhan itu tidak dapat dicapai di dunia, tetapi yang dapat dicapai adalah melihat sifat Allah dalam kaca cermin hati. 

Hati merupakan batu dan jika demikian tidak dapat di capai apa - apa, seperti firman Tuhan :
“Kemudian maka keraslah hatimu, jadi batu atau lebih keras dari batu.” (QS.Al Baqarah : 74)

Oleh karena itu sebagai batu tidak dapat dipecahkan dengan kekuatan luar biasa, maka demikian pula dzikir tidak akan berbekas pada seluruh kekusutan hati, kecuali dengan kekuatan yang luar biasa pula, yaitu dengan dzikir jahar. 

Pada tempat lain Allah berfirman : 
“ Kalau sekiranya mereka lurus diatas jalan yang benar, niscaya Kami turunkan kepada mereka air hujan yang lebat”.(Al Jin :16) 

Maka berkatalah Syeikhul Kamil Ibrahim Al-Mathuli r.a : 
”Angkatlah suaramu dikala engkau berdzikir sampai mencapai kumpulnya kekuatan bathin (Jami’yat), seperti orang orang arifin. 

Jami’yat itu kumpulnya pikiran dan perasaan “tawajjuh” (menghadap Tuhan), selalu cenderung kepadaNYA putus dari segala pikiran dan perasaan lainnya.” 

Ulama ulama sufi berkata : 
”Apabila murid murid melakukan dzikir ucapan LAA ILAAHA ILLALLAH dengan memusatkan perhatiannya yang bukan padanya, maka cepat terbuka segala tingkatan ajaran Thoreqot, kadang - kadang terasa dalam tempo 1 jam yang tidak dapat dihasilkan dengan ucapan lain dalam 1 bulan atau lebih dari 1 bulan.” 

Berkata Syekh Abdul Mawahib Asy-Syazali r.a.: 
” Ulama ulama berlainan pendapat tentang dzikir, katanya manakah yang lebih utama dzikir jahar atau dzikir sirr ? 

di situ aku berkata : tentang dzikir jahar sangat utama agar menambahkan bulatnya tekad, teguhnya bathin tauhid kepada Allah, kuat dari segala pengaruh mahkluq untuk tingkatan manusia yang baru belajar.” 

Begitu pula dengan dzikir sirr, memang itupun utama untuk manusia-manusia yang sudah mencapai tingkatan kuatnya tauhid kepada Allah SWT dan teguhnya bathin dari segala godaan syetan dan bujukan nafsu. 

Imam Bukhori r.a. berkata dalam kitab shahihnya dalam bab dzikir sesudah sholat fardhu: ”Diceritakan dari Ishak bin Abdurrahman dari Jura’id dari Amir, bahwa Ma’bud Ibnu Abbas meriwayatkan: 
“Bahwa mengangkat suara dalam dzikir dikala manusia sesudah selesai mengerjakan sholat fardhu, betul - betul terjadi dalam masa Nabi SAW.” 

Kemudian Ibnu Abbas r.a. berkata : 
”Aku betul - betul mengetahui dan mendengarkan angkatan suara keras dalam dzikir itu.” 

Syekh Ahmad Al-Kosasin r.a menambahkan : 
” Keadaan ini menjadi dalil kelebihan atau keutamaan mengeraskan suara dzikir, sehingga di dengar orang lain, yang dinamakan dzikir jahar.” 

Nabi pernah bertanya kepada sahabat sahabatnya : 
” Belum pernahkan ku tunjukan kepadamu sesuatu perkara yang merupakan kebajikan di dunia dan akhirat ? Jawab mereka : ”belum” 

Nabi berkata pula : 
” Hadirilah majelis dzikir jika engkau sendiri gerakkan lidahmu bersuara dengan berdzikrulloh”. 

Tuhan berfirman : 
” Sabarlah engkau bersama sama orang yang menyeru mengingat kepada Tuhannya pagi dan petang dalam keadaan mereka menghendaki keridhoan Allah”. (QS.Al Kahfi : 28) 


PASAL 3 

TALQIN DAN BAI'AT 

Talqin itu peringatan guru kepada murid, sedang bai’at yang juga dinamakan ahad adalah sanggup dan setia murid di hadapan gurunya untuk mengamalkan dan mengerjakan segala kebajikan yang diperintahkannya. 

Banyak hadist yang menerangkan kejadian Nabi mengambil ahad pada waktu membai’atkan sahabat-sahabatnya. 

Diriwayatkan oleh Ahmad r.a. dan Tabrani r.a. bahwa Rasulullah SAW, pernah mentalqinkan sahabat-sahabatnya secara berombongan atau perseorangan. 

Talqin berombongan pernah diceritakan oleh syaddad bin Aus r.a. : 
“ Pada suatu ketika kami berada dekat Nabi SAW, Nabi SAW berkata “ : 
“ Apakah ada di antaramu orang asing? maka jawab saya : “ Tidak ada ” 

Lalu Rasulullah menyuruh menutup pintu dan berkata : “ Angkat tanganmu dan ucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH “. 
Seterusnya berliau berkata : 
“ Segala puji bagi Allah wahai Tuhanku, Engkau telah mengutus aku dengan kalimah ini dan Engkau menjadikan dengan ucapannya kurnia syurga kepadaku dan engkau tidak sekali-sekali menyalahi janji “. 

Kemudian beliau berkata pula : 
“ Belumkah aku memberikan kabar gembira kepadamu bahwa Allah telah mengampuni bagimu semua? “ 

Maka bersabdalah Rasululloh SAW : 
“ Tidak ada segolongan manusia pun yang berkumpul dan melakukan dzikrulloh dengan tidak ada niat lain melainkan untuk Tuhan semata-mata, kecuali nanti akan datang suara dari langit. Bangkitlah kamu semua, kamu sudah diampuni dosamu dan sudah ditukar kejahatannya yang lampau dengan kebajikan ”. 

Oleh karena itu Tuhan berfirman : 
“ Maka bergembiralah kamu dengan bai’atmu, yang telah kamu lakukan itu adalah kejayaan yang agung ( QS.At-Taubah : 111 )”. 

Tentang bai’at perseorangan pernah diceritakan oleh Yusup Al Kurani r.a. dan teman-temannya dengan sannad yang syah : 
“ Bahwa Sayyidina Ali k.w. bertanya kepada Nabi : “ Ya Rasulullah, tunjukilah aku jalan yang sependek-pendeknya kepada Allah dan yang semudah-mudahnya dan paling utama dapat ditempuh oleh hambanya pada sisi Allah? “. 

Maka bersabdalah Rasulullah : 
“ Hendaknya kamu lakukan dzikrulloh yang kekal ( dzikir dawam ) dan ucapan yang paling utama pernah kulakukan dan dilakukan oleh Nabi-nabi sebelum aku yaitu LAA ILAAHA ILLALLAH. Jika di timbang tujuh petala langit dan bumi dalam satu timbangan dan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH dalam satu timbangan lainnya maka akan berat kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH dalam daun timbangan yang lain”. 

Kemudian ia berkata ; Wahai ‘Ali, tidak akan datang kiamat di atas muka bumi ini masih ada orang yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH. 

Sayyidina ‘Ali berkata : 
“Bagaimana caranya aku berdzikir itu ya Rasulullah ?”. 

Nabi menjawab : 
” Pejamkan kedua matamu dan dengar aku mengucapkan tiga kali, kemudian engkau mengucapkan tiga kali pula sedangkan aku mendengarkan. Maka berkatalah Rasulullah LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali, sedangkan kedua matanya dipejamkan dan suaranya dikeraskan, serta ‘Ali mendengarkannya. Kemudian Ali mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali dan Nabi mendengarkannya”. 

Demikian cara talqin dzikir yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib k.w. yang kemudian diterangkan bahwa talqin dzikir hati yang bersifat bathiniyah dilakukan dengan isbat tidak dengan nafi, yaitu dengan lafadz isim zat seperti yang difirmankan oleh Allah dalam Al Quran : 
Katakanlah “Allah “ kemudian tinggalkan sifat mereka bermain-main didalam kesesatan ( QS.Al-An’aam ; 91 ). 

Nabi memperingatkan Sayyidina Ali k.w. : 
“ Wahai Ali pejamkan kedua matamu katupkan bibirmu dan lipatkan lidahmu lalu sebutkan ; Allah, Allah “. 

Inilah cara yang pernah dipelajari dan diambil oleh Sayyidina Abu Bakar r.a. secara rahasia ( mengisi perasaan ) daripada Nabi dan inilah dzikir yang boleh terhujam teguh sampai ke dalam hati. 

Karena inilah Nabi memuji Sayyidina Abu Bakar r.a bukan karena banyak puasa dan sholat, tetapi karena sesuatu yang terhujam dalam hatinya. 

Firman Allah dala Al Quran:
“ Dan mereka yang mempunyai iman yang teguh serta tetap tenang hatinya dengan dzikrulloh, bukankah dzikrulloh itu menenangkan dan menentramkan hati? ( QS Ar-Ra’du : 28 )”. 

Jalan atau thoriqot yang kedua macam ini tentang dzikir jahar dan khofi adalah pokok daripada seluruh THORIQOT, kemudian tersiarlah dalam perinciannya dengan kurnia Tuhan Yang Maha Murah. 

Sesungguhnya dzikir itu adalah sebab wusulnya manusia kepada Allah SWT dan menjadi sebab pula manusia dapat mahabbah kepada-Nya. 

Oleh karena itu, manusia tidak akan dapat menghindari apa yang menjadi kesalahan dan apa yang menjadi kekerasan hati dan begitu pula apa yang menimbulkan segala amarah, melaikan manusia yang mengharapkan Rahmat Allah dengan mengamalkan dzikir. Dan apabila telah berhasil mereka akan kembali menjadi manusia yang baik sebagaimana Allah berfirman dalam Hadist Qudsi : 
“ Aku dekat sekali kepada orang yang hatinya dapat menyingkirkan kesalahan”. 

Selanjutnya diperjelas bahwa : 
1. Kemudian dzikirnya tetap dengan latifah “ Qolbi ” ( kehalusan jantung), yang tempatnya di bawah susu kiri kira-kira dua jari dari susu kiri. Maka setelah terasa dzikir di dalamnya, keluarlah cahaya yang menyinari ke bawah bahunya menuju ke atas atau didalamnya itu terasa getaran kuat. 
2. Lalu ditalqinkan oleh gurunya dengan latifah “ Ruhi ” yang tempatnya dibawah susu kanan, kira-kira dua jari dari susu kanan. Dan setelah melakukan dzikir bersama-sama, dzikir di dalam hati seperti orang melihat kedua jurusan (kanan-kiri), di satukan pandangan bathinnya menjadi satu jurusan. Setelah terasa didalamnnya gerak dan teguhnya dzikir. 
3. Lalu ditalqinkan lagi oleh gurunya dengan latifah “ Sirri ”. Latifah Siiri ini, tempatnya diatas susu kiri , kira kira dua jari. Dan dzikirnya harus merasa tetap. 
4. Kemudian ditalqinkan lagi oleh gurunya dengan latifah “ Khofi” yang tempatnya diatas susu kanan kira-kira dua jari. 
5. Kemudian di talqinkan lagi oleh gurunya dengan latifah “ Akhfa “ yang tempatnya di tengah-tengah dada, dan terus diteguhkan dzikir seperti latifah-latifah lainnya. 
6. Setelah itu ditalqinkan lagi dengan latifah “ Nafsi “ yang tempatnya diantara mata dan keningnya. Disini diisi dengan teguh hatinya penuh dzikir di seluruh latifahnya. 
7. Kemudian sampai ke latifah “ Jasad “ ( latifatul Qolab ) yang berarti kehalusan seluruh badan yang penuh dengan dzikir, setelah menyeluruh dzikirnya di tiap-tiap bahagian anggotanya, sehingga menembus keseluruhan akar-akar bulunya iman dengan getaran rasa yang lemas dan atau merasa menyelup-kan dzikir nampak di seluruh badan.

Maka dari itu keadaan seperti gerakan dzikir dalam hati itu dari bawah sampai keatas diberi nama oleh ahli Tashowwuf “ Sulthonud dzikir “ ( rajanya dzikir ). 

Tuhan telah berfirman : 
“ Dan sesungguhnya dzikir kepada Allah sangat berfaedah “ 

Seterusnya Tuhan berfirman pula : 
“Ingatlah kepada Tuhanmu dengan segala kerendahan diri dan khofi, tidak dengan suara keras, senantiasa pagi dan petang dan janganlah kamu menjadi orang yang lupa kepada Tuhan ( QS.Al-A’raf : 205 )”. 

Di sinilah letaknya keistimewaan Khalifah Pertama Abubakar r.a. , Nabi SAW bersabda tentang pendidikannya : 
“ Tidak ada sesuatupun yang dicurahkan Allah kedalam dadaku, melainkan aku curahkan kembali ke dalam dada Abubakar”. 

Dan Nabi SAW berkata seterusnya : 
“ Allah tidak melihat pada wajahmu, tetapi Ia melihat kepada isi bathinmu ”. 

Dan Nabi berkata selanjutnya : 
“ Tiap-tiap sesuatu ada wadahnya dan wadah taqwa itu adalah hati orang Arifin ”. 

Nabi SAW bersabda : 
“ Barang siapa yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tetapi tidak diamalkan sebagaimana yang diperintahkan maka Tuhan mengecamnya : Wahai hambaku, engkau itu dusta, engkau ucapkan apa yang tidak engkau kerjakan “. 

Banyak firman-firman Tuhan memperingatkan mereka yang lupa kepada Tuhan itu, antara lain firmannya : 
“ Barang siapa yang tidak senang memperhatikan peringatan-Ku, bagi orang itu akan disebabkan penghidupan yang sempit, kemudian kami hinpunkan dia pada hari kiamat dengan keadaan buta ( QS.Thoha :124 )”. 

Pada firman yang lainnya, Allah SWT berfirman : 
“ Barang siapa didunia ini sudah buta, maka di akhiratnya akan lebih buta dan sesat jalannya ( QS.Bani Isroil : 72 ) ”. 

Dalam Al Quran, Allah SWT memperingatkan pula : 
“ Jika disebut buta, bukanlah buta matanya, tetapi buta hatinya, yang terletak didalam dada ( QS.Al-Haj : 46 ) ”. 

Maka dari itu marilah kita perhatikan sabda Penghulu kita Syekh Abdul Qodir al Jaelani q.s.a : 
“ Sebab-sebab yang membutakan hati itu adalah diantaranya jahil, atau tidak sefaham tentang hakikat perintah ketuhanan. Sebab jahil itu ialah bahwa jika jiwa kita sudah dikuasi oleh sifat jiwa zalim, seperti : takabur, iri dengki, kikir, melihat diri lebih utama, suka membuka rahasia orang lain, suka membawa berita adu domba, bohong, dusta dan semacam dari itu pada sifat-sifat tercela, yang acap kali menjatuhkan manusia kedalam lembah kehancuran dan kehinaan ”. 

Bagaimana membuang sifat-sifat yang buruk ini ? 

Caranya untuk membuang sifat-sifat yang tercela itu adalah jalan membersihkan cermin hati itu dengan membersihkan tauhid, ilmu, amal dan mujahadah yang sungguh-sungguh lahir bathin, sehingga hati yang mati itu hidup kembali dengan Nur-Tauhid. 

Telah bersabda Nabi SAW : 
“ Bagi tiap-tiap sesuatu ada alat pembersih, dan alat pembersih hati yaitu “ DZIKRULLOH ”. Ketahuilah bahwa membersihkan jiwa dan menolak kehendak nafsu yang keji itu fadhu’ain hukumnya, membutuhkan perjuangan yang besar dan daya usaha yang amat sangat “. 

Allah SWT berfirman dalam Al Quran : 
“ Barang siapa yang berjuang atau mujahadah, sebernarnya berjuang untuk dirinya”. Firman Allah pula dalam Al Quran : “ Adapun orang yang takut kepada Tuhan dan mencegah dirinya daripada hawa nafsu yang keji, balasan dan tempatnya itu adalah syurga “. 

Maka firman Tuhan dalam sejarah Nabis Yusuf a.s. : 
“ Tidak dapat saya melepaskan hawa nafsu saya, karena hawa nafsu saya itu selalu menyuruh saya berbuat kejahatan, kecuali di sayangi oleh Tuhan akan saya ini “ ( QS Yusuf : 53 ). 

Dan berkata pula Rasulullah SAW : 
“ Yang saya takuti daripada segala ketakutan umat saya, ialah mengikuti hawa nafsu dan berpanjang-panjang cita dan angan-angan kosong. Adapun mengikuti hawa nafsu itu akirnya mencegah manusia sampai kepada yang hak, sedangkan berpanjang cita dan angan-angan kosong, akan merupakan dia ke akhirat “. 

Rasulullah SAW bersabda pula : 
“ Jihad yang terutama, ialah jihad seseorang untuk dirinya dan hawa nafsunya “ ( HR.Bukhori Muslim ) . 

Sabda Nabi SAW selanjutnya : 
“ Musuhmu yang paling berbahaya adalah nafsumu yang terletak diantara dua lambungmu “.

Firman Allah SWT dalam Al Quran : 
Pasti jaya orang yang membersihkan dirinya , dan pasti celaka orang yang mensia-siakan dirinya ( QS.Asy-Syamsi : 9-10 ). 

Yang disebut diatas itulah jiwa yang tercela yang selalu terdapat pada tiap pribadi, pada setiap masa dan zaman. 

Semua Agama dan aliran sepakat menanamkan dia jiwa tercela dan menyatakan cemas untuk membencinya, untuk menjaga jangan tertipu dan untuk mencegah jangan sampai pribadi kita condong kepada tipu daya nafsu. Oleh karena itu pekerjaan ulama-ulama Thoriqot yang pertama dan utama mendidik murid untuk dapat menguasai dirinya, ialah melakukan riyadhoh dan latihan-latihan, sanggup menentang hawa nafsunya, sedia mengubah kebiasaan-kebiasaan dan syahwatnya. 

Guru-guru Thoriqot itu memperingatkan agar murid-murid meninggalkan sifat-sifat tersebut dan tidak menyukai membiasakan mereka membuat perhitungan laba rugi. 

Nabi SAW Berkata : 
“ Perhitungkanlah dirimu sebelum engkau menghadapi perhitungan Tuhan “. 

Ulama-ulama ‘Arifin (Tashowwuf) setengahnya berkata : 
“ Tidak mengapa mengikuti syahwat yang diperkenankan untuk diri kita, apabila teryata dapat menguatkan ibadah, seperti : tidak mengapa memakai pakaian yang megah untuk melahirkan nikmat Tuhan. Tidak mengapa makan dan minum yang sedap-sedap untuk kepentingan kesehatan anggota badan bersyukur dan menjadi kuat pada indera, sebagaimana yang pernah diperkenankan oleh ulama-ulama sufi dan Thoriqot Syaziliyyah “. 

Ahli ma’rifat Syekh Syazili r.a pernah berkata kepada teman-temannya : 
“ Makan dan minumlah kamu daripada makanan yang baik-baik, minumlah minuman yang sedap, tidurlah diatas tempat yang empuk, berpakaianlah dengan pakaian yang halus, tetapi perbanyaklah dzikir kepada Tuhanmu “. 

Firman Allah : 
“ Wahai orang-orang yang beriman, jagalah agar pengaruh harta bendamu dan anak pinakmu tidak merusakan kamu daripada dzikrulloh. Barang siapa berbuat demikian, pasti mereka akan rugi “ ( QS.Al-Munafiqun : 9 ). 

Firman Tuhan pula : 
“ Makan dan minumlah kamu daripada rizki yang dikaruniakan Allah, dan Janganlah kamu berlomba-lomba berbuat kerusakan diatas bumi ini “ ( QS.Al-Baqoroh : 60 ). 

Apabila hamba Allah merasakan yang demikian itu berkata “ Alhamdulillah ”, maka tiap-tiap anggota badannya bersyukur pula kepada Allah. Sebaliknya, bilamana manusia itu tidak demikian, ia hanya mengucapkan syukur , padahal dalam hatinya tidak, bahkan mengingkari takdir Tuhan. 

Syekh Ali Al-Qodir r.a. berkata : 
“ Hendaklah berbangga-bangga di dunia orang sufi, tidur diatas tikar yang tenang, Tuhan memasukannya kedalam syurga yang tinggi “. 

Keterangan yang diatas ini menjadi dalil, banyak raja-raja dan pangeran-pangeran ahli dunia, yang kebesaran dan kemewahannya tidak mencegah mereka daripada dzikrulloh. Maka di beri pahala dan ganjaran, dan Tuhan memasukan mereka itu dengan rahmat-Nya dalam syurga yang tinggi. 

Contoh ini ditiru oleh ulama-ulama Sufi dalam Thoriqot Naqsyabandiyyah, Syaziliyyah dan Kubrawiyyah. 
Dalam kitab “ Ar-Rasyikhat ” telah berkata Tuan Syekh Bahaudin Naqsyabandi r.a. : 
“ Tiap macam makanan harus baik, beribadat pun harus baik pula ”. 

Beberapa kalimat ini cukup untuk menunjukan buat ‘Arif Budiman, bahwa tidak semua kesenangan didunia disingkirkan oleh orang-orang Sufi. 

Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani q.s.a berkata : 
“ Harta bendamu itu adalah khodammu dan engkau adalah Khodam Allah. Maka Hidupmu di dunia ini harus menjadi manusia ‘ tauladan “ dan hidupmu di akhirat kelak menjadi orang yang mulia “. 

Nabi SAW berkata : 
“ Bukanlah orang yang baik jika engkau tinggalkan dunia dan akhirat atau sebaliknya meninggalkan akhirat untuk dunia, tetapi hendaklah mencapai kedua-duanya, karena dunia itu jalan ke akhirat dan jangan kamu bergantung kepada manusia “. ( Ibn As-Sakir ). 

Firman Tuhan dalam al Quran : 
“ Kejarlah apa yang diberikan Tuhan untuk akhirat, tetapi janganlah engkau lupa akan nasibmu di dunia. Berbuat baiklah sebagaimana Tuhan berbuat baik kepadamu, janganlah bercita-cita berbuat kerusakan diatas muka bumi ini, karena Allah tidak menyukai mereka yang berbuat kerusakan “ ( QS.Al- Qosos : 77 ) 


PASAL 4 

KEWAJIBAN MENYEBUT SANNAD THORIQOT 

Ketahuilah bahwa barang yag tidak mengenal ayah dan nenek moyangnya dalam Thoreqat, ia ditolak tidak diakui. Perkataan merupakan suatu keterangan yang tidak diterima, bahkan ia dianggap bukan keturunan ayahnya, sehingga ia termasuk ke dalam sabda Rasulullah SAW :
“ Dilaknat oleh Allah barang siapa yang berketurunan tidak dari ayahnya” 

Berkata syekh sya’rani r.a dalam kitab Al-Anwarul Qudsiyah 
“ Telah Sepakat Ulama-ulama Thoriqot tentang wajibnya mengambil seorang manusia menjadi syekhnya yang memberi petunjuk kepadanya mengenai usaha menghilangkan segala sifat-sifat yang mencegah dia dekat kepada Tuhannya dengan hatinya agar syah sholatnya. Perkara ini termasuk dalam pokok aturan hukum “ Sesuatu yang tidak sempurna wajib melainkan dengan dia, maka sesuatu itu wajib hukumnya ”. Sesuatu perkara yang tidak ragu-ragu bahwa mengobati penyakit bathin itu wajib hukumnya, sebagaimana yang tersebut keterangnya dalam banyak hadist dan firman Tuhan, diantaranya seperti tersebut di bawah ini “. 

Firman Allah SWT : 
“ Orang-orang yang kafir itu dalam hatinya ada penyakit, Allah menambah-nambah punya penyakit itu lagi, dan bagi mereka disediakan azab yang maha pedih karena kedustaanya”. ( QS:Al-Baqorah : 10 ) 

Dalam firman yang lain Allah SWT berfirman : 
“ Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit ( Syak Wasangka), maka bertambah kotor diatas kotorannya, serta mereka meninggal dunia dalam kekafirannya “.( QS.At-Taubah : 125 ) 

Dalam firman yang lain Allah SWT berfirman : 
“ Oleh karena itu hapuslah dosa yang lahir maupun yang bathin “. 

Maka ketahuilah olehmu, bahwa tiap-tiap orang yang tidak mempunyai syekh ( Mursyid ) yang memberi petunjuk kepada jalan keluar dari sifat-sifat tersebut maka dianggap ma’siat bagi Allah dan Rasulnya, karena ia tidak dapat petunjuk mengenai jalan mengobatinya. Meskipun ia mengerjakan segala perkara yang bersifat taqlief tidaklah bermanfa’at dengan tidak ada guru atau Syekh, sebagaimana ia tidak beroleh manfa’at kalu ia menghapal seribu buku. 

Orang salaf yang hidup dalam kurun Nabi, sahabat dan Tabi’in semuanya sependapat bahwa orang yang demikian itu tidak termasuk perhitungan golongannya, tidak boleh memberikan talqin dzikir dan tidak boleh menerangkan sesuatu tentang thoriqot karena dalam thoriqot itu ada rahasianya, hakikatnya yaitu mengikat hati setengah sahabat dengan sahabat lain sampai kepada Rasulullah SAW, sampai pelajaran kepada Allah Jalla Jalalluhu. 

Barang siapa yang tidak ada hubungan silsilahnya dengan Nabi SAW, dianggap terputus kelimpahan cahaya dan tidak menjadi waris dari Rasulullah SAW. Orang yang demikian itu tidak diambil bai’at dan tidak diberi Ijazah ; karena thoriqot atau jalan kepada Tuhan itu dzohir bathin. Yang dzohir itu ialah Syari’at dan yang bathin ialah Hakikat. 

Syariat itu terkait dengan hakikat dan hakikat itu terikat dengan Syariat. Tiap-tiap yang tidak dikuatkan dengan hakikat tidak diterima. Dan tiap-tiap hakikat yang tidak dibuktikan dengan Syariat pun tidak diterima pula. 

Syariat itu mempersembahkan ibadah kepada Tuhan dan hakikat itu memperoleh musyahadah daripada-Nya. 

Ahli dzohir adalah ahli syariat dan ahli bathin adalah ahli hakikat. Jika terpilih kedua-duanya merupakan hakikat yang sebenarnya. 

Sabda Nabi SAW : 
“Syari’at itu ucapan, Thoriqot itu perbuatan, hakikat itu keadaan dan Ma’rifat itu modal pokok ”(Jami’ul Usul 53). 

Maka ketahuilah bahwa Allah SWT menjadikan bagi hambanya sebab-sebab banyaknya jiwa manusia yang semuanya itu berhubungan dengan dia, Tuhan yang bersifat Robbaniyyah. 

Hubungan itu dapat dicapai dengan talqin dan ta’lim daripada Syekh yang sudah mempunyai ijazah yang sah yang menjadi dasar atau sannad sampai yang mempunyai Thoriqot pertama yaitu Junjungan Kita Nabi Muhammad SAW. 

Maka oleh karena itu ajaran dzikir tidak akan memberi faedah yang sempurna melainkan dengan talqin. 

Telah berkata penghulu kita Tuan Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani yang telah disucikan Allah sirnya. 
“Ketahuilah wahai anak-anaku, mudah-,udahan Tuhan men-taufiq-kan kami dan engkau tetap menjalankan syari’at dan memelihara batas-batasnya. Ketahuilah wahai anak-anakku, bahwa Thoriqot kami ini didasarkan atas kitab dan sunnah, dan bahwa dasar-dasar Thoriqot ada lima : 
1. Tinggi cita-cita ; 
2. Memelihara kehormatan ; 
3. Memperbaiki khidmat ; 
4. Melaksanakan cita-cita ; 
5. Membesarkan nikmat ; 

Barang siapa yang tinggi cita-citanya, menjadi tinggilah martabatnya. 

Barang siapa yang memelihara kehormatan Allah, Allah akan memelihara kehormatannya.

Barang siapa memperbaiki khidmat, kepadanya wajib memperoleh rahmat. Barang siapa yang mengusahakan berusaha mencapai tujuannya, selalu memperoleh hidayah. 

Barang siapa yang membersarkan nikmat Allah berarti bersyukur kepada-Nya. Barang siapa bersyukur kepadaNya akan memperoleh tambahan nikmat yang dijanjikan Allah itu. 

Maka berkatalah Syekh Sya’rani r.a. Jauhkanlah dirimu menyebut “ thoriqot “ jika engkau tidak menjalankan isi kitab dan sunnah,karena hal yang demikian itu kufur. Semua Thoriqot Sufi itu mengenai akhlak Nabi Muhammad SAW dan perjalannya serta Sunnah Tuhan.

Kemudian ketahuilah pula, bahwa riyadhoh dan latihan tidak akan memberikan faedah, bahwa tidak akan mendekatkan dirimu kepada Allah selama perbuatanmu tidak sesuai dengan Syari’at dan sejalan dengan Sunnah. 

Dan dalam pada itu berkatalah Syekh Junaid Al Baghdadi r.a. yang suci sirnya : “ Semua Thoriqot itu tersumbat kepada mahluk, kecuali kepada mereka yang mengikuti jejak Rasulullah SAW “. 

Nabi pun berkata : 
“ Aku tinggalkan padamu dua perkara yang merupakan pedoman agar kamu tidak sesat yaitu : Kitabulloh dan Sunnahku “. 

Dalam Hadis disebutkan : 
“ Ulama itu adalah ahli waris Nabi-nabi “. 

Dan Nabi berkata pula : 
“ Hendaknya engkau selalu beserta Allah dan jika engkau tidak beserta Allah, hendaklah engkau beserta orang yang beserta Allah agar engkau disampaikan KepadaNya “. 

Maka ujar Nabi pula : 
“ Sahabat-sahabat itu seperti bintang. Yang manapun engkau ikut, engkau pasti mendapat petunjuk “. 

Pada tempat yang lainnya, Rasulullah SAW bersabda : 
“ Berbahagialah mereka yang melihat daku dan ingat kepadaku. Berbahagialah mereka yang meilhat dan yang percaya kepadaku. Dan berbahagialah semua hubaya-hubaya, baiklah jalan pulang baginya “. 

Syeikh Abdullah As-Salmi r.a. yang murni sirnya telah berkata : 
“ Ucapan Rasulullah tentang kebahagiaan orang yang melihatnya itu berarti berkah dan berarti musyahadah, sebagaimana musyahadah mereka para sahabat “. 

Demikian dari zaman ke zaman, pindah berpindah sampai kepada ahli-ahli hikmah dan wali-wali Allah dalam segala zaman, semua memperolah bekas pandangan yang penuh hikmah dan penuh musyahadah, semua berasal dari Junjungan kita Nabi Muhammad SAW sampai kepada sahabatnya dalam segala perbedaan zaman, semua satu corak, semua satu keadaan, dan dengan demikian berjalanlah bekas-bekas pandangan ini dari guru kepada murid-murid sampai akhir masa, karena sandaran atau isnad sama dengan isnad hukum dan silsilah sama dengan pelaksanaan guru-guru ilmu ketuhanan itu merupakan pancaran cahaya, merupakan seluruh hikmat daripada lautan Muhammad dan pandangan rahasia malaikat yang suci pandangan kenyataan Tuhan, yang merupakan tangga murid-murid , jenjang orang-orang salik, yang ingin mendaki ke tingkat alam malaikat , ke alam jabarut, kedalam alam lahut, sambung meyambung dengan arwah dari Syekh-syekh yang masih hidup kepada Rasulullloh SAW dan kepada ke Hadirat Allah SWT. Peningkatan silsilah ini menghamburkan berbagai rahasia tajaliyat dan berkat yang ditunjukan dengan tawajjuh kepada-Nya dengan niat yang bulat dan kehendak yang satu tunggal untuk menyampaikannya. 

Maka guru-guru atau Syekh itulah yang merupakan Thoreqat atau jalan kepada Allah, petunjuk liku-liku dari pada jalan itu. Merkea merupakan pintu terakhir yang akan membawa muridnya masuk menempuh jalan mencapai Tuhan. 

Oleh karena itu, tiap murid memerlukan Syekh. Tiap orang yang tidak ingin sesat, memerlukan petunjuk jalan yang benar. Terkecuali mereka yang sudah memperoleh berita dan berlian kata-kata, mereka yang di pilih Allah menjadi hamba yang utama. Kepadanya dianugrahkan pendidikan. Kepadanya di diberi ilham untuk menghindarkan diri dari syetan dan pengaruh hawa nafsu, seperti Nabi Ibrahim, Nabi kita Muhammad SAW dan Uwais Al Qorni dari Golongan Aulia-aulia, serta Wali Allah yang telah dikarunia Tuhan dengan rahmatnya. 

Tidak dapat dimungkiri bahwa Nabi kitalah yang merupakan puncak kemenangan, puncak kekayaan, puncak keselamatan dan keindahan. Semua diambil dari sahabat , kemudian oleh Tabiin, kemudian oleh Tabi’it Tabiin, abad demi abad, masa demi masa. Selalu ada wali-wali Tuhan, Aulia dan Shodiqin serta Abdal. Antara murid dan gurunya, seperti Hasan Al-Basri r.a. dengan muridnya Utbah Al Ghulan r.a. sebagaimana tidak lepas antara Siri As Saqati r.a dan budaknya dan anak-saudaranya Abul Qosim Al Junaedi Al-Baghdadi r.a. dan lain-lain yang jika kita bentangkan , tidak akan ada habis-habisnya. Jika kita rentangkan, tidak akan ada ujungnya. 

Semua berguru dan salin-menyalin ilmunya. Tidak ada Nabi melainkan ada baginya Sahabat yang mengambil daripadanya petunjuk yang menyalin ajarannya dan mengikuti perjalanannya, serta memperoleh petunjuk daripada kelimpahan ilmunya. 

Pengikut ini kemudian berdiri pada tempat yang menyambung meneruskan butir-butir pendirian yang telah diperoleh daripada gurunya. 

Demikianlah Tuhan berfirman dengan tempat berputus-putus dalam Kitab Suci seperti Firman Allah : 
“ Adapun walimu ialah Allah dan Rasulnya dan orang-orang yang beriman yang mendirikan sholat dan membayar zakat, yang ruku dan sujud. Barang siapa yang berwali kepada Allah dan Rasulnya dan kepada orang yang beriman, ketahuilah bahwa tentang Allah itu adalah tentang yang selalu menang “. ( QS.Al-Maidah : 55-56 ) 

Selanjutnya firman Allah dalam Al-Quran : 
“ Bukanlah harta bendamu dan bukan pula anak pinakmu yang akan mendekatkan engkau dengan Aku, tetapi mereka yang beriman, mereka yang beramal sholeh. Merkalah yang beroleh ganjaran yang berlipat ganda daripada amalnya. Merekalah yang sesungguhnya beriman dan percaya ” . ( QS.As-Saba : 37 ) 

Dari abu Hurairah r.a. diceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : 
“ Tuhan kami heran melihat ada segolongan yang dihalaukan ke syurga dengan berantai-ratai ( silsilah ) “. 
Maka berkatalah Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani q.s.a : 
“ Pertama wajib atas manusia berusaha menghidupkan hati untuk akhirat dari ahli talqin di dunia, sebelum habis waktu karena dunia itu kebun akhirat. Barang siapa tidak menanam dalam kebun itu, ia tidak akan mengetam hasilnya nanti di akhirat ”. 

Nabi SAW berkata pula : 
“ Pulanglah kamu kepada keluargamu, berikanlah kepada mereka pelajaran “. 

Ketahuilah bahwa talqin itu bagi ahli dunia harus mengambil dari orang-orang yang berilmu,yang mulia dan berusaha, sesuai dengan kehidupan salaf dan mujtahid-mujtahid dalam dunia Thoriqot yang berjalan secara suluk dan pendidikan, sebelum meninggalkan dunia merkea menempuh Thoriqot secara mengambil berkah. 

Orang menanamkan talqin dzikir bagi setengah orang-orang kaya, orang-orang yang berusaha, karyawan,orang laut ( nelayan ), saudagar-saudagar, gembala-gembala dan yang sejenis dengan itu, semuanya mengambil Thoriqot secara tabaruk, untuk menghilangkan kelupaan hati kepada Tuhan, untuk mengharapkan terlepas daripada bala kuat dan daya segala gangguan kejahatan dan dendam kesumat, sehingga demikian mereka insaf kembali khusyu dan kembali pulang kampung yang abadi , meninggalkan daerah yang penuh dengan dosa. 

Mereka meningkat setingkat kepada taubat 

Syekh-syekh berusaha untuk menghilangkan kepada mereka jiwa yang jahat ( yang dapat memutuskan mereka daripada kebajikan dan dari harapan-harapan baik ) dan menghilangkan segala kesalahan yang menjadi dosa, agar dapat kembali kepada amal perbuatan yang baik. 

Syekh-syekh itu berusaha dengan segala siasat kecerdikannya dan menasehatkan kepada murid-muridnya dengan kebijaksanaan. 

Seumpama ada guru yang berkata kepada murid-muridnya, pertama-tama mendahulukan perintah kepadanya. Tinggalkan dan jauhilah olehmu tindakan-tindakan dari segala sesuatu yang membawa kedzoliman. Betulkan olehmu dan segeralah bertaubat dengan sebaik-baiknya. Apabila tidak demikian maka aku tidak akan memberikan talqin dzikir terhadap dirimu dan tidak akan memberikan petunjuk kepadamu. Kemungkinan murid itu akan lari meninggalkannya dan kadang-kadang putus harapan. 

Ia semua adalah kebijaksanaan petunjuk-petunjuk yang diwarisi daripada perbuatan Rasulullah SAW. Yang pernah dilakukan terhadap bangsawan-bangsawan, orang-orang besar dan raja-raja. 

Berkatalah Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani q.s.a : 
“ Apabila datang kepadamu seorang fakir, maka jangan kamu mulai dengan dia pembicaraan ilmu pengetahuan, tetapi harus mendahulukan kesayangan padanya, karena ilmu pengetahuan itu akan membuat dia takut dan sikapmu yang lunak dan lembut akan membuat dia jinak bergaul denganmu “. 

Maka firman Allah SWT : 
“ Serulah manusia-manusia itu kepada jalan Allah dengan kebijaksanaan dan cerita yang baik “ ( QS.An-Nahl : 12 ) 

Firman Allah SWT : 
“ Maka dengan rahmat Allah menjadi lunaklah hatimu terhadap mereka, wahai Muhammad. Jika sekiranya engkau, seorang yang jahat budi pekertinya, berhati kasar, niscaya larilah mereka itu bercerai-berai daripadamu. Oleh sebab itu maafkanlah dosa mereka mengenai segala urusan, maka apabila engkau telah mempunyai cita-cita yang tetap, berserah dirilah engkau kepada Allah. Allah mengasihani orang-orang yang menyerahkan diri kepadaNYa “. ( QS Ali Imran : 159 ) 

Akhirnya kami panjatkan bagi Allah segala puji dan tiada limpahan taufiq melainkan dari padaNya Allah SWT. 

Kitab yang bernama “ MIFTAHUS SHUDUR ” ini yang artinya “ Kunci Pembuka Dada “ dalam menyatakan uraian DZIKIR kepada Allah yang bersifat rahman dan pengampun, yang dikumpulkan dari ucapan-ucapan ulama-ulama besar ahli Tashowwuf dan Thoriqot. 

Semoga Allah mengampuni kepadanya dan semoga Allah memberi manfa’at kepada kita bersama dengan berkatnya, rahasia-Nya dan ilmu-ilmu-Nya. 

Aamiin 

Wabillahit taufiq wal hidayah. 


PASAL 5 

MENERANGKAN TENTANG DZIKIR DAN ATSARNYA DI DALAM PENDIDIKAN ROHANI 

Dengan nama Allah yang pengasih lagi penyayang. 

Ketahuilah olehmu, bahwa thoriqot Guru kita r.a. adalah thoriqot dzikir saja, dan bukan thoriqot lain. 

Thoriqot dzikir itu terdiri dari dzikir dengan lidah dan dzikir dengan hati. 

Dengan dzikir itu, tercapai kemenangan, tercapai permohonan dan tercapai segala apa yang dikehendaki. 

Dzikir itu daripada Allah dan kembali kepada Allah dan bersama dengan Allah segala sesuatu yang dihadapi. 

Apabila ada kemauan tentang urusan kamu ke sesuatu yang lain, membawa lupa kepada Allah SWT, tinggalkan hal itu dan cepat kembali berdzikir, karena di situ terdapat asma' yang menjulang sampai ke langit. 

Hatimu bersih beserta Tuhanmu dan Tuhanmu beserta engkau, tidak jauh daripadamu, la mendekati engkau dan mengenal engkau. Barang siapa mengenal Allah, ia akan mengenal hikmah. 

Allah berkata didalam Al-Qur'an : 
Artinya : "Kami tidaklah menghilangkan pahala orang yang berbuat baik sesuatu amal. " 

Tuan Syeikh melihat, bahwa wirid dan hizab baru dibuka kepada seseorang, daripada pancaran bekas dzikir mereka terhadap Allah. 

Terlebih utama hendaklah murid-murid itu melakukan suIuk kepada Allah melalui dzikirnya yang khusus, karena akarnya kukuh di bumi dan cabangnya di langit. Kemudian, sampailah dzikir itu yang diatur secara perseorangan dengan kaifiat dan bilangan-bilangan yang sudah ditentukan dalam Thoriqot Sufi. Di sana ada juga dzikir jama'ah ( bersama-sama) pada waktu-waktu yang kuat bekasnya dalam menyingkap hijab dari hati yang dilakukan oleh sendiri-sendiri. 

Dzikir jama'ah itu termasuk dalam lingkaran ini, yang dimaksudkan bahwa dzikir kepada Allah Ta’ala dan mengingatnya, sehingga seorang Mukmin dapat terjauh dirinya daripada ghoflah (kealpaan) daripada Allah Ta'ala, karena ghoflah itu dapat membawa manusia kepada maksiat, dan dengan dzikir itu dapat memberikan bantuan untuk meninggalkan maksiat itu. 

Adapun arti Tashowwuf, akan membawa manusia -manusia untuk membersihkan hatinya daripada sifat-sifat kerendahan, dan mengisinya dengan segala keutamaan. Dan tatkala itu beryakinlah hatinya dengan NUR ALLAH yang suci, sehingga orang itu tunduk kepada Allah. Maka kemudian ia mengutamakan INGAT pada ALLAH daripada mengikuti hawa nafsunya dan dari segala sesuatu selain Allah, karena bahwasanya Allah Ta’ala Yang Maha Agung dan Perkasa adalah suatu sesembahan yang dicari, digemari dan dicintai. DaripadaNyalah kita terjadi dan kepadaNyalah kita kembali pulang sebagai kesudahan kita.

Allah SWT menjadikan dunia ini sebagai tempat pengamalan segala perintah dan menjauhi segala larangan,sedang ia menjadikan Akhirat, tempat hasil bekas amalnya yang mencapai kemuliaan dan keagungan. 

Tidak sekali-kali diberatkan hidup kita di dunia ini melainkan kita harus menyatakan seseorang diri dengan penuh tanggung jawab, berani mengendalikan (mujahadah) dhohir dan bathin agar dapat membedakan di dunia ini (dengan adanya mujahadah itu) apa yang keji dari pada apa yang balk. 

Bukankah Allah Ta'ala pernah berkata : ( Q.S. Az Zalzalah 7 - 8 ). 
Artinya : "Barang siapa beramal sebesar biji sawi sesuatu kebajikan, akan dilihat dan ditimbang. Dan barang siapa beramal sebesar biji sawi akan sesuatu kejahatan, ia pasti melihat balasannya. " 

Adapun Tuhan SWT., maka la tidak memerlukan bantuan dari yang lain. Tidak kembali bagiNya manfaat dari orang yang berbuat taat dan tidak pula menjadi mudarat bagiNya dari orang yang berbuat maksiat. Manfaat dan mudarat itu kembali kepada hamba sekaliannya. 

Dan diadakan percobaan untuk menguji orang yang mukmin, bahwa baginya ada 'nafsul-ammarah bissu' (nafsu yang membawa jahat) yang dapat menggerakkan syahwat yang ada pada tabi'atnya yang sangat menawan dia, tetapi Allah menyuruhnya menahan diri dari padanya dan takut berbuat yang tidak baik itu. 

Maka dalam perjalanannya ia berada dalam perjalanan yang sulit. Apabila ia menyukai mengikuti syahwat nafsunya, maka ia membuat amarah Tuhannya dan apabila ia menyukai perintah Tuhannya, niscaya ia membuat benci kepada nafsunya. Tak ada pilihan yang ketiga baginya daripada ini untuk bisa memilih selainnya. 

Selama illat-illat (penyakit hati) itu tidak kelihatan dengan mata tetapi dapat ditangkap dengan hati, tidak dapat tidak harus ada Nur yang tersembunyi daripada penglihatan mata dan dapat ditangkap dengan hati, untuk menandingi illat-illat tersebut, maka keluarlah mereka yang berbuat dan menuruti syahwat daripada gelap-gulita kepada Nur yang terang-benderang dengan izin Tuhannya. 

Dan sudah ditunjukkan latihan-latihan amaliyah yang sudah diamalkan oleh tuan-tuan Syeikh Arifin, bahwa dzikrulloh itu dapat menghasilkan cahaya Nur dan keistimewaan-keistimewaan dan rahasia-rahasia yang dapat menyembuhkan penyakit hati kaum mu'min. 

Hal ini adalah berdasarkan atas firman Allah Ta'ala (Q.S. Al-Baqoroh 152) . 
Artinya : “ Sebutlah akan daku, niscaya aku menyebut pula akan dirimu. Apabila engkau mengingat dan menyebut Tuhan, terbukalah padamu tutup kealpaan, maka engkau lalu menjadi orang yang berdzikir sesungguhnya dan yang bersyukur sesungguhnya."

Dalam Al-Quran, Tuhan memperingatkan : 
Artinya : “ Bersyukurlah kamu kepadaKu dan janganlah engkau kufur kepadaKu ". 

Dan dengan demikian, engkau beroleh rahmat yang berlimpah-limpah dan penuh keberkahan, terjauhkan engkau daripada kejahatan, dan bertambah-tambah banyaklah pahala yang dianugerahkan Tuhan kepadamu seperti firman-Nya : ( Q.S. Al-Ahzab 35 ). 
Artinya : "Adapun orang laki-laki yang banyak dzikir ke Dada Allah, begitu juga orang-orang wanita, disediakan Allah baginya ampunan dan pahala yang besar. " 

Jangan kamu lupa bahwa Allah itu memberi tarif (definisi) akan mereka yang mempunyai hati. la memberikan kepada mereka yang hatinya mengingat Allah sambil berdiri, sambil duduk, sambil berbaring dan sebagainya. 

Ulama-ulama yang arif berkata bahwa rizki Tuhan yang dhohir yang dikurniakan buat manusia, ialah bahwa manusia itu harus menggerakkan badan jasmaninya, tetapi rizki yang bathin ialah dengan menggerakkan hatinya manusia itu. 

Quran menyatakan : " Bahwasanya dzikir itu adalah obat untuk mengobati hati dan jalan untuk menenangkan hati itu." 

Maka Allah Ta'ala berkata : ( Q.S. Al-Ra’du 28 ) . 
Artinya : "Bahwa mereka yang beriman dan tenang hatinya, adalah dengan mengingat Allah. Bukankah dengan mengingat Allah itu dapat menenangkan hati ?" 

Karena bahwasanya maksud daripada dzikir itu ialah kekal hadir hati dengan Allah Ta'ala, maka lain ia mengadakan sholat dan sholatnya itupun berisi dzikir, mengeluarkan zakat pun dzikir, berpuasa dzikir, haji dzikir, belajar ilmu fiqih untuk agama dzikir, memberi fatwa dalam hukum Tuhan dzikir, membaca Qur'an itupun dzikir, berselawat kepada Nabi SAW juga dzikir, dan amar ma'ruf nahi munkar tidak lain daripada dzikir dan sebagainya. 

Adapun amal ibadat itu bermacam-macam, tetapi yang diingat di dalamnya adalah satu : "Allah SWT " Tidak ada yang diperintahkan Allah segala amal ibadat dan ta'at, kecuali untuk berdzikir kepadaNya. 

Adapun kita ini apabila kita katakan bahwa segala tuan-tuan Syeikh yang arif dan mengenal Tuhan, mendidik murid-muridnya dengan Thoriqot - dzikir, sekali-kali tidaklah kita maksudkan bahwa tuan-tuan Syeikh itu melarang untuk mengajarkan lain-lain ibadat selain dzikir, tetapi yang kita maksud, bahwasanya tuan-tuan Syeikh itu membersihkan ruh pada sisi Allah secara Sufi, dalam berdzikir secara berjama'ah dan secara sendiri-sendiri. Dan yang demikian itu terjadi di samping ibadat yang diperintahkan Tuhan secara fardu dan secara sunnat dan secara mandub, karena yang demikian itu asas yang kuat dapat memupuk segala kesempurnaan pendidikan rohani. 

Dan tidaklah syak-wasangka lagi bahwa orang yang berdzikir terhadap Allah, ia menempuh jalan Sufi ini, seperti ditunjukkan oleh latihan amaliyah yang sahih, ia merasakan daripada kemanisan ibadat, dan ta'at apa yang tidak dirasakan oleh seseorang yang acapkali lupa kepada Allah pada kebanyakan waktunya, sebagaimana bahwa orang yang berdzikir itu merasakan makna-makna Qur'an yang mulia dan Sunnah yang suci yang tidak pernah juga dirasakan oleh orang-orang lainnya. 

Adapun Ulama-ulama Sufi yang terkemuka, membiasakan murid-muridnya pertama-tama dengan berdzikir dengan lidah yang meningkat secara teratur daripada dzikir hati, dengan Cara disengajakan kemudian membawa kepada dzikir hati secara kebiasaan, kemudian kepada dzikir Sirri. Dan tanda-tanda dzikir Sirri itu adalah bahwa apapila kamu meninggalkan ucapan dzikir, maka dzikir Sirri itu tidak akan meninggalkanmu, bahwa dzikir Sirri itu sendiri menyampaikan kamu dari ghoibah kepada hudur. Dan berkatalah tuan hamba Ibn Athoillah As Sakan dari r.a.: " Setengah daripada alamatnya bahwa tidak padam apinya dan tentu tidak hilang Nurnya." 

Adapun Syeikh yang arif membantu muridnya yang sedang dalam keadaan salik untuk menundukkan hawanya dan mengalahkan nafsunya, di antara lain bahwa nafsu itu pada awal martabatnya, adalah ia nafsu yang mendorong pada kejahatan, kebanyakan perintah nafsu itu kepada kesenangan pribadi dan syahwat nalurinya. Maka dzikir itu menerangi nafsu amarah yang lebih terang sebagaimana sebuah pelita menerangi sebuah kamar yang gelap, kemudian meningkatlah dari pada jiwa jahat kepada jiwa yang lunak. 

Maka pada waktu itu menyesalah seseorang dalam melakukan dosa dan berkehendak memperbaiki tingkahnya dalam hubungan beribadat kepada Tuhannya. la tidak rela untuk berada lagi dalam kelupaan dan kemaksiatan, ia bertobat dan minta ampun dan mendekati petunjuk Tuhannya. 

Apabila orang itu bersungguh-sungguh dalam melakukan suluknya dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang bijaksana daripada Syeikhnya, sedang mereka selalu dalam dzikir kepada Tuhannya, lenyaplah dari hatinya itu dengan kekuatan dzikir, kegelapan yang melupakan dan kemaksiatan, sedikit demi sedikit. Nafsunya terlepas daripada segala sifat kerendahan dan terisi dengan segala sifat-sifat keutamaan lain dapatlah ia mencapai " Anwarul Haq ", Nur yang penuh dengan kebenaran tetap pada Tuhan. Lain tenanglah ia sujud kepada Tuhannya dan tetap pada Tuhan-nya. la cinta kepada Tuhan dan Tuhan cinta kepadanya. 

Maka nyatalah bagi kita daripada apa yang sudah disebutkan terdahulu, bahwa dzikrulloh itu dapat mengangkat seorang hamba yang mu'min dari bumi syahwat ke langit ma'rifat. Inilah pula apa yang pernah diucapkan oleh Tuanku Syeikh yang arif mengenal Tuhan kepada murid-muridnya, dalam suatu ucapan yang indah : “ Dalam asma yang tertinggi, orang dapat meningkat ke langit (mencapai martabat yang tinggi)”. 

Kemudian Syeikh r.a. berkata setelah itu : "Hatimu sekarang bersama Tuhanmu dan Tuhanmu bersama engkau, tidak jauh dari engkau, la mendekatkan engkau kepadaNya, dan mengenalkan engkau denganNya”. 

Adapun yang disebutkan dengan dzikir, artinya apa yang pernah diterangkan dalam sebuah Hadits yang sahib, yang diriwayatkan oleh Bukhari, dengan sanadnya ari pada Nabi Saw. ba wa ia berkata : “ Firman Allah Taala, aku ini sebagaimana yang disangka oleh hambaku dengan daku, dan aku bersama dia apabila ia ingat kepadaku, apa bila ia ingat kepadaku pada dirinya, aku pun ingat untuknya pada diriku, dan apabila ia ingat kepadaku dalam ruang yang luas, aku pun ingat untuknya dalam ruang yang lebih baik daripadanya." 

Adapun kejauhan seorang hamba dari Tuhannya dan kedekatannya, bukanlah berarti kejauhan jangka dan jarak,tetapi sesungguhnya kejauhan itu semata-mata karena lupa hati terhadap Allah dan kedekatan itu adalah sebab hadirnya hati bersama Allah. 

Kejauhan itu adalah hijab (tertutup) dan Kedekatan itu yaitu terbuka hijabnya (kasyaf). Hijab itu gelap dan Kasyaaf itu Nur. Gelap itu jahil dan Nur itu Ma'rifat. 

Dan ukuran Marifat orang mu'min tidak lain daripada berhubungan dengan Tuhan. Tidaklah perhubungan itu dimaksudkan perhubungan zat dengan zat Allah Maha Tinggi Allah daripada kedekatan yang demikian. 

Adapun hubungan itu, dengan hubungan Iman dengan Allah dan yakin di dalamnya, cinta baginya memegang sungguh-sungguh padanya, dan tunduk kepadanya, hadir hati bersamanya, dan menuntut keredaan serta kemurahannya bukan dari pada selain Tuhan Yang Maha Suci, tidak ada Tuhan melainkan Dialah yang hidup dan menciptakan. 

Maka berkatalah Tuanku Abu Sa'id Al-Harraz r.a . : ''Apabila Allah Ta'ala akan mengangkat seorang hambanya menjadi Wali daripada hamba-hambanya yang lain, ia membuka kepadanya pintu dzikir, maka apabila ia merasa lazat berdzikir, dibuka kepadanya babul qurb", kemudian diangkatnya ke Majlisul Uns (tenang bathin), kemudian ditempatkan dia di atas kursi tauhid, kemudian diangkat dia ke dalam "darul fardaniyyah", dan dibukakanlah kepadanya “ Hijabul jalali wal'uzmati ". 

Apabila jatuh pandangannya kepada jalal dan uzmah kekallah ia berpandangan dengan tidak ada lagi, hanya Huwa (dia) Allah, maka tatkala itu pandangan seorang hamba berada dalam masa fana. Maka kuatlah dalam pemeliharaannya dan selamatlah ia daripada ajakan nafsunya. 

Aku sebutkan akan pandangannya yang tertulis dalam Kitab dan Sunnah. la melihat bahwa keduanya garis pokok daripada harus adanya Dzikir, bahwa dzikir yang banyak itu dengan lisan dan dengan hati. 

Dzikir lisan akan menyampaikan dan menolongnya kepada dzikir hati. 

Dan berkatalah Tuanku Abulhasan Asy-Syazili r.a.: "Biji sawi dari amal hati, sama besarnya, laksana gunung daripada amal anggota”. 
Hendaklah murid-murid itu merasa takut daripada gerakan syaitan, karena ia menutup manusia daripada berdzikir, membikin was-was hingga melindih dalam hatinya, bahwa kamu berdzikir dengan lidahmu tetapi tidak ada hudur dalam bathinmu. 

Apakah faedahnya dzikir semacam ini? 
Dzikir semacam ini meskipun diucapkan seperti tidak ada apa-apa, tidak ada berfaedah, tidak ada buah dan akibatnya. Jauhkan dirimu daripadanya (was-was tersebut). 

Hendaklah murid-murid mengerti bahwa ghoflah dengan meninggalkan dzikir itu, lebih jelek daripada ghoflah di dalam berdzikir. 

Dan apabila ia berkehendak mengusahakan hudur, hendaklah ia duduk bersama Syeikhnya, dan ikhwannya yang sungguh-sungguh, yang telah memperoleh uns (tenteram bathin) dalam menempuh jalan kepada Allah. 

Sesungguhnya rob itu mempengaruhi setengahnya kepada setengah yang lain, sebagaimana saya dengar yang demikian itu daripada tuanku Syeikh sendiri, dan telah kudapati kebenarannya keterangan tuan Syeikh itu dengan latihan amal yang menunjukkan bahwa kelupaan selalu ada pada orang yang pelupa, dan hudur selalu ada pada orang yag ahli hudur. 

Adapun dzikir kepada Allah yang khusus, dikehendaki dengan dzikir kepada Tuhan itu dengan dzikir lidah dan hati secara ramai-ramai (berjama'ah) dan secara perseorangan, iaini dzikir keras dan dzikir khofi. 

Yang demikian itu adalah keutamaan amal dan hasilnya dekat sekali sebagaimana yang telah dibuktikan oleh latihan amaliyah. 

Adapun yang meneliti akan tajribah amaliyah, ialah orang-orang Sufi setiap masa dan selalu silih berganti, supaya kebiasaan latihan itu dapat diusahakan oleh seorang mu'min menumbuhkan cinta kepada Allah akan cinta yang murni. 

Firman Allah dalam Al-Qur'an S.Al-Baqarah 165 : 
Artinya : “ Dan mereka yang beriman itu sangatlah cinta kepada Allah “. 

Cintanya kepada Allah, memberi bekas kepadanya lebih dari cintanya kepada yang selain Allah, sebagaimana bekas yang pernah didapati oleh sahabat-sahabat Rasulullah Saw. 

Segera Allah memberi bekas kepada mereka itu dalam bermacam-macam anugerah, di antaranya seperti firman Allah Ta’ala ( Q.S. An-Nur 36 ). 
Artinya : "Dalam rumah-rumah yang diizinkan Allah untuk dipergunakan daun menyebutkan akan namaNya, mempersucikan nama Tuhan dalam rumah suci, bagi pagi maupun sore”.

Dalam kitab “ Al-Fathur Robbani " karangan Penghuluku Tuan Syeikh Abdul Qoodir Al Jaelani ia berkata : “ Wahai kaumku, jauhkanlah syaitanmu itu dengan ikhlas, dengan mengucapkan : "LAA ILAAHA ILLALLAH ", tidak hanya dengan dilisankan saja." 

Kemudian sabda Nabi SAW : 
Artinya : ”Jauhkan Syaitanmu itu dengan ucapan LAA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMADUR RASULULLAH, karena syaitan itu kesakitan dengan ucapan kalimat tersebut, sebagaimana kesakitan unta salah seorang kamu sebab banyaknya penunggang dan banjirnya muatan di atasnya ". 

Dan sabda Nabi SAW dalam sebuah hadist yang masyhur : Artinya : "Tidak ada seorang pun yang sunyi berdampingan dengan Syaitan. Kata sahabat : "Engkaupun tidak diiringi oleh Syaitan ya Rasulullah ?'' Sabda Rasulullah : “Aku pun tidak sunyi dengan keadaan demikian, kecuali bahwa Allah Ta'ala Yang Maha Tinggi dan Agung menolong aku daripada keadaan sekarang, maka selamatlah aku." 

Dan berkata pula Nabi SAW: 
Artinya : "Jikalau tidak bahwa syaitan-syaitan itu menutupi hati anak Adam, sungguh orang-orang yang mu'min itu melihat kepada langit malakut dan buminya”. 

Demikianlah sehingga disebutkan bahwa iblis itu adalah mahluk yang dilaknatkan Allah. 

Disebut-sebut dalam Qur'an Yang Maha Agung, yang mana iblis berkata. (QS. Al-Arof 16 - 17). 

Artinya : "Akan kududuki (kuhalang-halangi) jalanMu yang lurus bagi mereka, kemudian akan kudatangi mereka dari depan dan dari belakangnya dan dari sebelah kanannya dan dari kirinya (untuk menggoda mereka) dan tidaklah akan kau jumpai kebanyakan orang mukmin itu akan menjadi orang-orang yang syukur kepadaMu. " 

Dan firman Allah Ta'ala : (Q.S. AZ-ZUKHRUF 36 ): 
Artinya : “ Dan barang siapa menjauhkan dari pada dzikrul-rohman, akan dipengaruhi syaitan, yang la menjadi temannya " 

Dan firman Allah '. (Q.S. An-Nisaa' 60). 
Artinya: "Dan syaitan-syaitan itu berkehendak akan menyesatkan mereka dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya." 

Demikian pula firmanNya (Q.S. Al-Ahzab 41). 
Artinya : "wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kamu akan Allah, akan dzikir yang banyak dan mengucapkan tasbih kepadaNya, pagi dan sore ''. 

Dan sesungguhnya telah ada petunjuk-petunjuk tentang dzikir-dzikir mereka orang-orang ahli Tashowwuf, baik yang dengan cara-cara tertentu dan dengan bilangan yang dipastikan di dalam Thoriqot Sufi, di mana mereka berkata bahwa mengucapkan kalimat "LAA" dimulai pada tengah badan, dari bawah pusat diangkat ke dalam otak dalam kepala. Dan kalimat "ILAAHA" ke bawah kanan, kemudian perkataan "ILLALLAH' memukulkan ke bahu kiri. 

Begitulah Cara penjagaanmu daripada godaan syaitan menurut sabda Nabi SAW : 
Artinya: "Dzikir kepada Allah SWT, Jadi benteng daripada godaan syaitan." 

Seutama-utama pertolongan untuk memerangi syaitan dan menolaknya, ialah kalimatul IKHLAS (LAA ILAAHA ILLALLAH) dan dzikir seseorang akan Tuhannya yang Perkasa dan Agung. 

Sebagaimana sabda Nabi SAW menceriterakan dari pada Tuhannya Yang Perkasa dan Maha Agung, bahwa, ia berkata : (Hadits Qudsi). 
Artinya : "LAA ILAAHA ILLALLAH bentengku. Barang siapa mengucapkannya, masuklah ia ke dalam bentengku itu. Dan barang siapa masuk ke dalam bentengku, maka amanlah ia daripada azabku. " 

Dalam pada itu Allah SWT. berfirman : 
Artinya : "Bahwa sesungguhnya mereka, yang taqwa, apabila hendak digoda oleh segolongan daripada syaitan, lalu ia berdzikir, maka tatkala itu ia lalu sadar memperhatikan. " 

Allah juga Yang Maha Perkasa dan Kuasa memberi khabar. 
" Bahwa hati yang terang benderang itu tidak dapat dicapai kecuali dengan dzikir Allah ”. 

Karena dengan demikian hilanglah dari pada hati itu tabir penutup, kegelapan dan royn (kebimbangan) dan ghoflah, dan dengan dzikir itu hilanglah segala gundah gulana. 

Adapun dzikir itu tidak lain daripada kunci taqwa dan wara'. Taqwa itu pintu akhirat sebagaimana hawa nafsu itu tidak lain daripada pintu dunia. 

Berfirman pula Allah Taala : 
Artinya: "Berdzikirlah kamu sebagaimana yang di terangkan, mudah-mudahan kamu masuk orang yang taqwa. " 

Allah juga Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi memberi khabar. 
"Bahwasanya insan itu akan jadi taqwa dengan dzikir." 

Adapun perjuangan melawan syaitan itu adalah bathin,yaitu dengan hati dan jantung dan iman. Maka apabila kamu serang dia, maka penolongnya ialah yang Rahman, dan tempat kamu berpegang pun ialah Allah, yang menunjukkan agama dan harapanmu ialah memandang dengan lazat menghadap Tuhan yang penuh Kurnia. 

Peperangan kamu terhadap orang Kafir adalah peperangan zahir dengan pedang dan tombak dan pembantumu ialah pimpinan seorang raja dan pembantu-pembantunya. 

Harapanmu dengan perjuangan itu ialah masuk syurga. Maka apabila kamu terbunuh dalam perjuangan zahir ini balasanmu ialah abadi dalam "Darul Baq".

Apabila kamu terbunuh di dalam perjuangan memerangi syaitan dan menentang mereka hingga datangnya ajalmu, adalah balasanmu nanti melihat wajah Tuhan seru sekalian alam tatkala bertemu di hari kemudian. 

Jika kamu terbunuh oleh Kafir maka kamu syahid hukumnya. Dan apabila kamu mati terboyong oleh syaitan sebab kamu ikuti dia dan ikuti perbuatannya, maka kamu tertolak dari si Baja yang Kuasa dan Gagah (Allah SWT). 

Maka perjuangan menyerang secara zahir itu ada kesudahannya dan menyerang syaitan dan hawa nafsu tidak ada habis-habisnya dan tidak ada kesudahannya. Nabi Saw.bersabda : 

Firman Allah Ta'ala (Q.S. Al-Hijr 99) : 
Artinya : "Sembahlah Tuhanmu sehingga engkau yakin benar-benar. " 

Yakin sampai mati dan bertemu dengan Tuhan. 

Sabda Nabi SAW tatkala kembali dari perang-sabil di Tabuk: "Kami kembali daripada jihad kecil kepada jihad besar." 

Rasulullah menghendaki dengan demikian itu menyerang syaitan dan hawa nafsu karena kekalnya dan sukar pejagaannya, dan ditakuti daripada su-ul Khatimah. 

Penjelasan daripada penghulu kita Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani sbb. : " Wahai Saudara-saudaraku, adapun tauhid itu membakar syaitan-syaitan yang bersifat manusia dan jin, karena tauhid itu api bagi syaitan dan Nur bagi ahli Tauhid. Tetapi bagaimana engkau mengucapkan LAAILAAHA ILLALLAH, sedang dalam hatimu berapa banyak yang dipertuhankan? Tiap-tiap sesuatu kamu berpegang kepadanya dan berpegang kepada selain Allah, maka yang demikian itu pegang kepada selain Allah, maka yang demikian itu sesungguhnya berhalamu. 

"Tidak akan memberi manfaat kepada kamu dengan tauhid lisan serta hati yang syirik. Tidak bermanfaat bagimu membersihkan badan sedang hati itu penuh dengan najis." 

"Ahli tauhid menyerang syaitannya, sedang ahli musyrik terserang oleh syaitannya." 

"Adapun ikhlas itu inti ucapan dan perbuatan, karena apabila kosong adalah ia merupakan kulit dengan tidak ada isi. Kulit ada faedahnya melainkan untuk api. Dengarlah ucapanku dan amalkanlah, karena ikhlas dapat menghapuskan api dalam nafsumu dan menghancurkan anak duri syahwatmu." 

"Janganlah kamu hadir pada suatu tempat yang menambah menyala api tabi'atmu yang dapat menghancurkan rumah agamamu dan imanmu dengan nyalaan tabiat, hawa dan syaitan yang akhirnya hilanglah agamamu, imanmu dan taqwamu." 

"Janganlah kamu mendengar ucapan mereka daripada golongan munafik, itulah golongan yang suka membuat buat, mengukir-ukir keindahan karena tabi'atmu bergantung kepada ucapan semata-mata seperti orang memasak roti tanpa garam, tentu saja perutmu tidak menerima apa bila engkau memakannya. Inilah pengertian menghancurkan rumah (Agamamu)." 

Ilmu itu harus diambil dari mulut-mulut Rijal, tidak hanya dari kitab-kitab. Rijal itu laki-laki, ialah ahli hak, yang taqwa, yang mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan, yang menjadi pewaris Nabi yang arif, yang beramal dan ikhlas. 

Yang lain itu, bukan taqwa, hanya tipuan dan kebathilan. Martabat kewalian itu dianugerahkan kepada orang-orang yang taqwa, baik di dunia maupun di akhirat, sedang asas tujuan serta pelaksanaan pembangunannya pun bagi mereka adalah demikian pula untuk bahagia di dunia dan untuk bahagia di akhirat. 

Adapun hakikat taubat, yaitu seorang yang bertaqwa, yang melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya dalam segala gerak ahwalnya. 

Dan di antara mereka itu ada yang mengucapkan : Bahwa kebajikan itu seluruhnya terletak dalam dua kalimat. 
Pertama : Mengagungkan dan mengamalkan perintah Allah SWT. 
Keduanya : Bersikap lemah-lembut dan kasih sayang kepada hamba Allah. 

Dan tiap-tiap orang yang tidak mengagungkan dan mengamalkan perintah Allah SWT. dan tidak kasih sayang terhadap sesama manusia, ia pasti jauh daripada Allah SWT. 

Begitu firman Allah (Q.S Ali Imron 112) .. 
Artinya : "Telah ditimpahkan malapetaka kehinaan, kecuali bagi orang yang menghubungkan diri. kepada Allah SWT. khususnya dan menghubungkan diri dengan sesama manusia pada umumnya. " 

Bahwasanya Allah mencintai seseorang hambaNya ialah : yang taqwa, yang berbuat kebaikan dan sabar. Andai kata ada padamu khuatir (lintasan hati) yang sahib (benar) (persangkaan baik) niscaya kamu akan mengenal mereka, mencintainya dan bersahabat dengannya. Adapun khuatir yang sahih ialah apabila hatimu terang benderang denganma'rifatulloh yang Maha Perkasa dan Maha Agung. 

Jangan hanya kamu terlalu cenderung kepada khuatirmu itu sehingga marifatmu itu sahib (benar) dan tampak jelas bagimu kebajikan dan kebenaran. 

Tutupilah penglihatanmu daripada segala yang haram, tahan dirimu daripada ajakan syahwat, biasakan tubuhmu memakan yang halal, peliharalah bathinmu dengan muraqabah bagi Allah dan pelihara zahirmu itu dengan mengikuti Sunnah Nabi, maka jadilah khuatirmu itu khuatir yang sahih (benar) dan sahihlah pula bagimu ma'rifat terhadap Allah. 

Bahwasanya yang kudidik adaIah akal dan hati adapun nafsu, tabi'at dan adat, semua itu tidak, sebab tak ada kemuliaan baginya, bilamana akal dan hati tidak terdidik akan ma'rifat terhadap Allah. Sedang Tauhid dan Ma'rifat yang sebenamya ialah LA ILAAHA ILLALLAH. 

Adapun orang yang tawajuh menghadap dengan hatinya selain kepada Allah, terhijablah daripada Allah, dan tiap-tiap orang yang dzikir sedang hatinya kepada yang lain daripada apa yang harus diingatkan, tertutuplah ia dengan hijab seribu lapis. 

Karena dzikir adalah amal dalam segala keadaan hati, dan rasa yang dapat mendekatkan kepada maqqam yakin, musyahadah suhud, martabat terbuka segala yang ghaib, yaitulah benteng Allah Yang Maha Agung. Barangsiapa yang masuk ke dalamnya, menjadi amanlah ia dari pada segala dosa zahir dan bathin. (Hadits Qudsi). 

Adapun asal dzikir itu ialah merasakan lezat dan manis, maka apabila ia sudah meresap kepadamu tidak ada lain akibatnya melainkan khusyu' dan dumu (bercucuran air mata), membakar segala kecelaan dalam hati dan rasa, dan tenggelam (dalam keni'matan itu). 

Yang demikian itu adalah alamat kemenangan. 
Dzikir itu dilakukan oleh orang yang berdzikir demikian asyiknya, sehingga ia dapat melihat segala yang ajaib dan yang aneh-aneh dan segala rahasia yang besar dan kaifiat yang agung. 

Berkatalah Rasulullah SAW : 
Artinya : "Dzikir La Ilaaha IllAllah tidak ada balasan baginya kecuali dibuka Tuhan hijab hingga dimerdekakan Tuhan kepadanya”.' 

Berfirman Allah Ta'ala (Q.S. Al-An'aam 91) 
Artinya: "Katakanlah Allah (Ingatlah kepada Allah) kemudian biarkanlah apa mereka yang beramai-ramai gambit bermain-main dalam kesesatan". 

Lalu khusus tidak disertai menggerakkan lidahnya dengan dzikir, sampai kekal fikirannya, dan itulah "Magammul Akbar" dan di situlah isinya 'Kalam". 

Ketahuilah bahwa inilah tawajuh yng dengan cepat memperoleh kemenangan dan memperbanyak ibadat dan riadhah, dan berkekalan dengan segala macam tawajuh tetap kepada Allah hingga ia terbakar hatinya dari selain Allah oleh dzikirnya, sehingga sampai pada batasnya (wuquf). 

Maka apabila ia disertai riadhah semua itu, niscaya ia akan mencapai tempat yang amat sempurna lagi tinggi dengan segera, dengan tidak syak wasangka lagi. 

Dan sabda Nabi SAW : 
Artinya : "Tidak ada seorangpun yang berkata LaaIlaaha IllAllah secara ikhlas dalam hatinya, kecuali Tuhan membukakan pintu langit sehingga ia bisa meninjau arasy. " 

Imam Gazali mengambil alasan tentang syahnya Thoriqot Sufi yang secara terjadi (waqi'i) kemudian alasan kepada syahnya secara naqli, maka disebutkannya : "Bahwa ini Thoriqot yang dijalankan oleh Sahabat dan Tabi'in dan segala sesuatu yang dikerjakan menunjukkan kepada kehidupan Sahabat, Wali-wali, orang-orang Sufi dan seterusnya. 

Ceritera ini tidak akan bermanfaat bagi orang yang tidak percaya selama ia tidak melihat dan mengamalkannya sendiri akan yang demikian itu. 

Thoriqot Sufi itu mendahulukan mujahadah dan membersihkan sifat-sifat yang tercela dan memutuskan segala pengaruh ikatan hati dari selain Allah dan mengarahkan segala cintanya kepada Allah. 

Maka apabila telah berhasil semua itu, maka Allah lah yang menguasai hati hambaNya dan yang memelihara dengan pemberian cahaya ilmu. 

Begitu pun terpelihara akan hati seseorang, berlimpah-limpahlah kepadanya curahan rahmat dan bersinarlah segala hakikat pekerjaan keTuhanan yang dianugerahkan. 

Maka tidak ada bagi hambanya kecuali bersiap untuk menerima kebersihan yang istimewa dan memberikan himmah serta kemauan yang benar dan keinginan memperoleh maqam yang tinggi dan tetap dengan hati yang tenang menanti apa yang akan dibukakan Allah Ta'ala daripada rahmatNya kepadanya. 

Adapun Nabi-Nabi, Wali-Wali dan orang-orang suci seperti keduanya terbukalah bagi mereka perintah Tuhan dan melimpahlah dalam dadanya Nur, tidak hanya dengan belajar atau menyelidik, atau melihat kepada Kitab-kitab, terutama Kitab-kitab Sufi dalam mencari ilham, tetapi dengan zuhud dan melepaskan diri daripada segala pengaruh ikatan duniawi, mengosongkan hati daripada kebimbangannya dan mengerahkan segala cintanya kepada Tuhan. 

Maka barang siapa Tuhan itu baginya, iapun bagi Tuhan. Demikian ucapan hujjatul Islam Al-Gazali r.a.

Lebih lanjut ia berkata : Dan sesungguhnya keistimewaan Thoriqot Sufi ini tidak mungkin akan sampai kepada Tuhan dengan belajar semata-mata tetapi dengan zauq (rasa), hal menggantikan sifat dari yang tercela kepada yang terpuji. Sesungguhnya orang-orang Sufi itu merasa yakin bahwa jalan Sufi mereka ialah benar. la memiliki jalan Allah yang khusus, dan bahwa perjalanan mereka adalah sebaik-baiknya perjalanan, sedang Thoriqot mereka adalah sebenar-benar Thoriqot. Akhlak mereka sebersih-bersih akhlak. 

Bahkan jika dikumpulkan semua ahli fikir, semua hikmah ahli tashowwuf, dan ilmu yang memuncak dari segala-gala daripada segala Ulama, untuk mengubah sesuatu daripada perjalanan mereka, akhlak mereka dan akan digantikannya keadaan dengan yang lebih balk dari pada itu, niscaya tidaklah seorang pun akan meliapati jalan sebaik jalan Sufi ini." 

Adapun segala gerak-geriknya dan diamnya pada zahirnya dan pada bathinnya, semuanya terpetik dari pada Misykatun nubuwwah Nur" dan tidak ada lagi di belakangnya "Nurun Nubuwwah" diatas muka bumi ini, yaitu Nur yang memberikan sinar gilang-gemilang untuk seluruh alam. 

Secara ringkas apakah yang selalu diucap-ucapkan orang tentang Thoriqot membersihkan diri ? Yaitu pertama-tama syaratnya : Membersihkan hati seluruhnya daripada selain Allah. Dan itulah kuncinya. Hal itu berjalan seperti berjalannya tahrim dalam sembahyang, yang seluruh hati tenggelam dalam dzikir Allah. 

Dan yang penghabisan, adalah fana seluruhnya dalam Allah (hancur seakan-akan tidak melihat dirinya lagi adanya) seperti tersebut dalam Al-Qur'an S. Ar-Rohman 26 - 27 : 
Artinya : “Semua yang ada akan fana binasa, yang kekal adalah Tuhan sendiri yang Besar dan Maha Mulia”. '(Tiap-tiap sesuatu hancur lebur, kecuali Allah yang ada semata-mata). 

Maka berkatalah pula Al-Bazari: "Bahwasanya hati itu ada padanya sifat 'Al-Latifah, Ar-Babbaniyah, Ar-Rohaniyah' (lemah-lembut, keTuhanan dan bersifat jiwa dan roh), yang bersangkutan dengan tubuh manusia. Itulah hakikat insan dan itulah yang dapat mencapai arif, tempat Nur yang ditaruh Tuhan padanya. 

Maka dengan demikian, seseorang lain mencapai Kasyafat (terbuka) daripada segala macam hakikat. Orang-orang 'materialis' memandang bahwa jalan ma'rifat itu ialah panca indera yang lima, di antaranya akal. 

Adapun pendapat Imam Gazali, bahwa ma'rifat itu di atas semua jalan dan wasilah yang penting serta besar. Yang demikian itu ialah wasilah "Al-kasyafful al-Batini" atau 'Wasilatul iham ar-Ruhi", yang membawa manusia itu mempunyai sifat-sifat balk pada dirinya, dan membersihkan hati dan menjauhkan diri dari pada cara berfikir orang-orang 'materialis'. 

Dan yang dimaksudkan dengan ini bahwa ma'rifat itu tidak dapat dicapai, melainkan dengan jalan hati yang sempurna, yang bersih, yang tidak terpengaruh perhubungan dengan kesibukan duniawi . 

Dan demikian, adalah yang memiliki hati-hati yang suci itu adalah mereka yang tetap, yang berdzikir, yang membersihkan diri, dan menyelam ke dalam lautan marifat yang hakikat sebagaimana yang diberikan faham oleh Hujjatul Islam (Imam Gazali) . 

Adapun hati itu tidak lain daripada kunci yang akan menyampaikan kepada maarif yang bersifat agama yang terdiri dan bahwa manusia itu apabila menyelam ke dalam dirinya dan terus kembali kepada hatinya, terpancarlah baginya mata air ilmu yang dinamakan ilmul-Laduniah dan Al-Maarifatul Qudsiah." 

Daripada Nabi SAW diriwayatkan berkata : 
Artinya : Bahwasanya hati itu kotor seperti berkarat besi dan pembersihnya adalah Dzikrulloh. 

Dan berkatalah Tuan Syeikh Abdul Qoodir al Jaelani qs. : Adapun hati itu tempat ilmu Hakikat karena "Latifa tur Robbaniyah" yang mengatur bagi sekalian anggota badan. Yaitu alat penembus kepada hakikat yang telah dimaklumi, seperti halnya dalam kaca ada bentuk rupa yang bermacam-macam. Itulah gambaran yang terisi dalam kaca, yang serupa dengan bentuknya.' 

Demikian pula setiap yang dimaklumi tentang hakikat, itupun bentuk yang mengisi dalam hati, sedang hati itu kotor (banyak kesalahan), maka apabila seseorang mendapatinya apa yang ditunjukkan oleh Nabi SAW. berhasillah hakikat itu. Dan jika tidak, ia berpindah kepada sifat yang hitam, yang akan membawa manusia terjauh daripada terang benderangnya Nur. 

Hitam karena cinta dunia dan yang berlainan dari pada itu, ialah karena tidak ada wara', karena barang siapa teguh dalam hatinya hanya cinta dunia, hilanglah wara'nya, maka bercampur aduklah keadaan dari halal dan haram, hilang perbedaan seluruhnya, hilang malunya daripada Tuhannya dan hilang pula muraqabahnya. 

Wahai teman-temanku, terimalah apa yang disampaikan Nabimu dan terangilah ke dalam hatimu dengan obat yang telah ditunjukkan oleh Nabi kepadamu. 

Jikalau ada seseorang sakit dan sudah diberikan obat oleh doktor kepadanya, akan selamatlah hidupnya hingga sehat kembali. 

Bermuraqabahlah kamu dengan Tuhanmu yang Perkasa dan Tinggi, balk dalam khalwatmu maupun di luar khalwatmu (peramaian), dan jadikan pandangan matamu hingga kamu seakan-akan melihatnya, maka apabila kamu tidak melihatnya, maka ialah yang melihat kamu.

Barang siapa yang berdzikir kepada Allah dengan hatinya, maka ia dinamakan ahli dzikir. Tetapi barang siapa yang tidak mengucapkan dzikir dengan hatinya, maka ia tidak termasuk orang yang berdzikir. 

Lisan itu alat hati dan yang mengikutinya dan tetap hati itu tempat memperhatikan nasihat-nasihat. Bahwasanya hati itu apabila terjauh (tidak memperhatikan) nasihat, butalah mata hatinya. 

Berkata Nabi SAW : 
"Bahwa dalam badan anak Adam itu ada segumpal darah. Apabila darah itu baik, baiklah seluruh badan anak Adam itu semuanya. Apabila gumpalan darah itu rusak,rusaklah seluruh badan anak Adam itu. Perhatikan, bahwa yang dimaksudkan itu ialah hati ". 

Dan berkata pula Nabi SAW : 
" Bahwa Allah itu tidak melihat kepada rupamu, akan tetapi melihat kepada bathinmu ''. 

Allahpun berfirman (Q.S. AZ-Zumar 17-18) : 
Artinya : “ Adapun mereka yang menjauhkan dirinya daripada godaan iblis untuk disembahnya, kemudian mereka kembali kepada Allah ( Dzikrulloh ), bagi mereka bergembira. Maka berikanlah berita yang menggembirakan itu kepadahambaKU. 

Yang mendengar dan yang mengikuti ucapan-ucapan yang baik. Mereka inilah yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka inilah orang yang mempunyai hati (memperhatikan bathin)." 

Dan adalah Junjungan kita Nabi muhammad SAW mengajarkan "Kalimat Thoyyibah" (mengucapkan dzikir LAA ILAAHA ILLALLAH) kepada Sahabat-sahabatnya r.a. untuk membersihkan hatinya dan mensucikan dirinya dan mendekatkan mereka kepada hadirat Tuhan (Allah) dan mendapat kebahagiaan yang suci. 

Setengah orang bertanya tentang Tashowwuf. Maka dijawabnya : "Membersihkan hati daripada apa yang di gemari manusia dan menjauhkan diri daripada tabi'at yang jelek dan menggemari sifat-sifat peri kemanusiaan, menjauhkan perselisihan-perselisihan yang dipengaruhi hawa nafsu, kemudian menempatkan sifat-sifatnya kepada sifat-sifat rohaniyah, tunduk kepada ilmu Hakikat kemudian mengikuti seluruh syari'at Rasulullah ". 

Ujar Imam Al-Gazali : "Di antara syi'ar-syi'ar orang Sufi adalah : Barang siapa mengambil syari'at saja tetapi tidak mau tahu tentang hakikat, orang itu fasik. 

Dan barang siapa mengambil hakikat saja tetapi tidak melakukan syari'at maka dia itulah merupakan kafir zindiq. Sedangkan yang melakukan syari'at dan mengamalkan Tashowwuf, inilah orang yang dinamakan ahli hakikat yang sebenarnya ". 

Sudah kita sebut dahulu, bahwa martabat WUSUL (sampai kepada Allah) adalah TIGA perjalanan : 
Pertama = ISLAM 
Kedua = IMAN 
Ketiga = IKHSAN 

Adapun seseorang hamba Allah, jika kekal ia sibuk dengan ibadah sendirinya, ia berada dalam maqam ISLAM atau maqam SYARI'AT. 

Apabila amal itu berpindah kepada hati dengan kebersihan dan sunyi daripada kejahatan, berisi dengan kebajikan sempurna Ikhlas, maka orang itu ada pada maqam IMAN atau maqam THORIQOT. 

Apabila manusia itu sampai kepada martabat Ibadat untuk Allah semata-mata, seakan-akan Allah melihatnya,maka ia berada dalam maqam IKHSAN atau maqam HAKIKAT. Oleh karena itu diungkapkan orang : "Adapun SYARI'AT itu ialah bahwa kamu menyembah Allah. THORIQOT itu ialah bahwa kamu menuju kepada Allah, dan HAKIKAT itu ialah bahwa kamu bermusyahadah benar-benar menyaksikan Allah yang Maha Pencipta." 

Berkata pula Tuan Syeikh Abdul Qoodir Al-Jaelani qs. : "Tidak lain tujuan ahli Tashowwuf, melainkan hanya untuk membersihkan bathinnya manusia dengan NUR TAUHID dan MA'RIFAT ". 

Adapun orang Sufi yang benar dalam Tashowwufnya membersihkan hatinya daripada segala sesuatu selain Allah dan cintanya kepada Allah. Melaksanakan bersungguh- sungguh dan menjalankan perintah Allah yang dapat mengangkat dirinya, mengosongkan hatinya selain daripada Allah, dan menghiasinya dengan dzikrulloh Yang Maha Kuasa dan Agung. 

Sabda Nabi SAW : 
"Alamat mencintai Allah ialah mencintai dzikrulloh, sedang alamat kemarahan Allah, adalah enggan kepada dzikrulloh. " 

Seorang hamba yang mencintai Allah, tidak merasa memiliki sesuatu, ia serahkan segala apa yang ada kepada yang dicintainya yaitu Allah. 

Kemudian begitu pula Tuan kita Syeikh Abdul Qoodir Al-Jaelani qs. menasihatkan : 
''Adapun yang wajib atas manusia, ialah mencari kehidupan hati untuk di akhirat ; di dunia ini dari ahli Talqin sebelum berakhir waktu hidupnya, karena firman Allah Ta'ala (Q.S. Annahli 43). 
Artinya : "Bertanyalah kamu kepada ahli dzikir (bai'at) jika kamu tidak mengetahuinya. " 

Mengambil bai'at dari Tuan Syeikh Arif Billah, adalah perkara yang penting dalam Tashowwuf untuk mengusahakan yakin. 

Dalam sebuah Hadits Yang Mulia, diriwayatkan : "Pelajarilah olehmu akan pembawaan yakin," artinya : perbanyakkanlah duduk bersama dengan ahli yakin. 

Bai'at yang terdapat sesudah wafat Nabi, ialah meneruskan bai'at yang dilaksanakan oleh Nabi SAW. sendiri. Dan Ulama-ulama yang Arif Billah adalah penerus Nabi kita dalam mengajarkan kepada manusia adab-adab agama yang zahir dan yang bathin. 

Adapun adab bathin, lebih sukar untuk kita karena untuk mengamankan adab yang zahir. Dan juga oleh sebab ia menghendaki peperangan 'khofi" (halus) antara seorang manusia dengan hawa nafsu dan syaitannya dan godaan dunia yang menipu dan penyakit-penyakit hati seperti : hasad, 'ujub, ria, munafiq dan lain-lain. 

Barang siapa mengikuti Thoriqot Tashowwuf dengan tidak mengikuti imamnya yang Arif Billah (Baiat), ia tersesat pada permulaan melangkah, padahal cukup mulia untuk kita bersama bagi Thoriqotnya ahli Tashowwuf yang Nurani. 

Diceritakan bahwa Nabi Musa A.S , ia itu dari pada Rasul-Rasul yang termasuk "Ulul Azmi' pernah menanyakan tentang ilmu Hakikat kepada Khadir A.S. lalu ia berkata : 
Artinya : "Berkata Musa kepadanya, apakah boleh aku mengikuti engkau supaya engkau mengajarkan akan daku iImu pengetahuan yang telah diajarkan kepada engkau sebagai petunjuk ”. 

Dengan adanya ini, adalah dalil yang kuat atas kewajibanmu mengikuti Tashowwuf, yaitu ilmu Adab Hati dari pada yang ahli. 

Dan untuk ini dibayangkan yang demikian itu oleh Guruku Arif Billah, Tuanku Syeikh Ali Aqal r.a dengan ucapannya : 
Apabila tak ada guru rohani, yang memberi petunjuk itu dan ini, Putuslah jalan wahai insani, Jalan mencapai Tuhan Rabanni. 

Tidak melihat laut yang luas, Tidaklah pandai tidaklah puas, Dungu di dalam laut yang luas, Bertumpuk garam mata tak awas, Jika tidak kontak listrik, Pada pangkalnya ia terdidik, Salah tujuan salahlah selidik, Yang tampak ombak, bukan nur pelik.

Akhirnya Tuhan Allah yang dapat menolong pada tiap waktu yang tepat, waktu bantuan LAA ILAAHA ILLALLAH, raja yang haq dan nyata. 

Tuhanku, jadikanlah kami ini daripada orang yang mu'min dan yang yakin. 

Kami mohonkan kepada-Mu, akan engkau jadikan ilmu kami ini bermanfaat, dosa kami ini terampun dari mula sampai terakhir dengan syafa'at Rasulullah SAW, 

Penghulu segala Nabi dan Rasul dan dengan Karamah Wali-wali, terutama Tuanku Syeikh Abdul Qoodir Al-Jaelani, raja dari segala Arifin dan pokok fikiran dari semua orang yang asyik kepada Tuhan dan Guru-guru daripada ahli Hakikat, begitu juga dengan berkah orang-orang Islam dan orang-orang yang mu’min sekaliannya dengan tidak ada kecuali. 

Segala puji bagi Allah seru sekan alam, perkenankanlah wahai Tuhan yang menampung segala do'a mereka yang mengharapkan limpah kurniaMu. 

Pesantren Suryalaya Juli 1975

Tidak ada komentar:

Posting Komentar