Jumat, 24 April 2020
KESAKSIAN AHLI HIKMAH BANTEN TERHADAP PANGERSA ABAH ANOM QS
SUNNAH MURSYID PANGERSA ABAH ANOM QS KETIKA RAMADHAN
Biografi Pangersa Abah Anom Ponpes Suryalaya
SYEIKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TADJUL ARIFIN ( ABAH ANOM )
Riwayat hidup Abah Anom, pemimpin Ponpes Suryalaya sungguh berwarna. Lahir 1 Januari 1915 di Kampung Godebah, Suryalaya, Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pageurageung, Kabupaten Tasikmalaya.
Keluarga bapaknya Syekh H Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad atau Abah Sepuh dan ibunya Hj Juhriyah. Semasa hidupnya Abah Anom mengenyam pendidikan umum di Sekolah Dasar Zaman Belanda "Vervoleg School" di Ciamis 1923-1931, kemudian masuk Madrasah Tsanawiyah di Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya 1929-1931.
Selanjutnya menambah ilmu agama di Pesantren Cicariang, Pesantren Gentur dan Jambudipa Kabupaten Cianjur, kemudian Pesantren Cireungas-Cimalati Kabupaten Sukabumi yang mendalami khusus ilmu Hikmat, thoriqot, dan ilmu beladiri seperti silat, lalu Pesantren Citengah, Kabupaten Ciamis.
Bahkan Abah Anom melaksanakan Riyadoh dan ziarah ke makam para wali atas perintah ayahnya sambil menimba ilmu di pesantren Kaliwungu-Kendal-Jawa Tengah, kemudian di Bangkalan Madura bersama kakak kandungnya H.A Dahlan dan wakil Abah Sepuh KH Pakih dari Talaga, Majalengka.
Selanjutnya menunaikan ibadah haji ke Mekah tahun 1938, kemudian di Mekah memperdalam ilmu Tasawuf dan Tarekat selama tujuh bulan kepada syekh H Romli asal Garut, wakil Abah Sepuh yang bermukim di Jabal Gubeys, Mekah.
Setelah itu Abah Anom membantu bapaknya Abah Sepuh mengajar di Pesantren Suryalaya dan ikut berjuang menegakkan kemerdekaan Indonesia, hingga akhirnya diangkat memimpin pesantren Suryalaya dan menjadi Wakil Abah Sepuh.
Abah Anom selanjutnya bersama TNI aktif melawan gangguan keamanan yang diakibatkan oleh gerombolan DI/TII dan mendapatkan penghargaan jasa dibidang keamanan.
Selanjutnya Abah Anom aktif membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan diberbagai bidang seperti pertanian, pendidikan, lingkungan hidup, sosial, kesehatan, koperasi dan politik sehingga banyak menerima penghargaan dari pemerintah.
Kemudian Abah Anom sejak tahun 1980 hingga wafatnya telah mendirikan sebanyak 22 Inabah sebagai panti rehabilitasi remaja korban narkotika dan telah berhasil menyembuhkan banyak para santri binaannya yang tergantung pada narkotika.
Sejak kepemimpinan Abah Anom di pondok pesantren itu cukup banyak dikunjungi berbagai tamu negara Indonesia maupun sejumlah pejabat negara dari berbagai mancanegara.
Qitab Ibadah - Pangersa Abah Anom PonPes Suryalaya
Pembangunan Nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pada hakekatnya yaitu pembangunan manusia seutuhnya, yakni pembangunan yang bukan hanya pembangunan jasmani saja tapi juga pembangunan rohani.
Oleh sebab itu mengandung arti bahwa Pembangunan Nasional itu bukan hanya sekedar mengejar kemajuan lahiriyah dan bathiniyah saja, tapi sangat diharapkan adanya keseimbangan hubungan antara makhluq dengan Kholik-nya, antara manusia dengan manusia, juga antara manusia dengan alam sekitarnya. Ringkasnya harus ada keseimbangan antara kehidupan di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Qashash ayat 77 :
Artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Alloh kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu "
Dalam rangka mendorong masyarakat pada tujuan tersebut, betapa pentingnya pendidikan rohani, apakah melalui ceramah atau membaca buku keagamaan dan lain-lain.
Diantara beberapa buku keagamaan yang dapat mendorong pada tujuan tersebut diantaranya pendidikan akhlak dan yang penting adalah pelaksanaan ibadah secara intensif, khusyu' serta dawam/ langgeng.
Bagi kita selaku muslim pada umumnya, dan Ihwan Thoreqat Qoodiriyyah Naqsyabandiyah (TQN) pada khususnya, terutama bagi para pembina Korban Penyalahgunaan Narkotik dan Kenakalan Remaja lainnya, betapa pentingnya memiliki buku "IBADAH SEBAGAI METODA PEMBINAAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIK DAN KENAKALAN REMAJA" ini.
Diterbitkannya buku ini disamping sebagai bekal Ibadah Kaum Muslimin Ihwan TQN, juga mengandung maksud membantu Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang pembinaan akhlak remaja, terutama mereka yang menyalahgunakan narkotik dan kenakalan remaja lainnya yang dibina di Pondok Remaja Inabah Pondok Pesantren Suryalaya. Kami berharap agar buku ini dijadikan pegangan bagi para pembina INABAH khususnya, dan bagi Ihwan TQN pada umumnya dan dapat dimanfaatkan demi kemaslahatan ummat manusia. Semoga Allah SWT meridloi usaha kita bersama. AllahummaAmien.
Suryalaya, 01 Juli 1985 Penyusun,
KHA. SHOHIBULWAFA TAJULARIFIN
Pengikut-Pengikut Jalan Kerohanian
Pengikut-Pengikut Jalan Kerohanian
Golongan kedua terdiri daripada kumpulan-kumpulan yang bidaah. Nabi s.a.w telah memberi peringatan, “ Kamu, seperti Bani Israil sebelum kamu, seperti umat Isa anak Maryam, akan dibahagikan dan dipisahkan di antara satu sama lain. Sebagaimana mereka mereka-reka dan mengubah-ubah, kamu juga akan mengadakan bidaah. Dengan masa berlalu dalam bidaah, tentangan dan dosa, kamu akan jadi seperti mereka dan berbuat yang sama. Jika mereka masuk ke dalam lubang ular yang berbisa kamu juga akan mengikuti mereka. Kamu patut tahu Bani Israil berpecah kepada tujuh puluh satu kumpulan. Kesemuanya dalam kesesatan kecuali satu. Dan orang Nasrani berpecah kepada tujuh puluh dua kumpulan, dan semuanya sesat kecuali satu. Aku bimbang umatku akan dipecahkan kepada tujuh puluh tiga kumpulan. Ini terjadi kerana mereka mengubah yang benar kepada yang salah dan yang haram kepada yang halal menurut pertimbangan mereka sendiri, untuk muslihat dan keuntungan mereka, kecuali satu, semua kumpulan itu akan ke neraka, dan kumpulan yang satu itu akan selamat.” Bila ditanya siapakah yang satu diselamatkan itu baginda bersabda, “Mereka yang mengikuti kepercayaan dan perbuatanku serta para sahabatku”.
Di bawah ini dinyatakan sebahagian daripada jalan bidaah yang dipegang dan diikuti oleh orang-orang yang mengakui diri mereka orang kerohanian: Hululiyya – percaya kepada penjelmaan dalam bentuk makhluk atau manusia, mendakwa halal melihat tubuh dan wajah yang cantik, samada perempuan atau lelaki, siapa sahaja samada isteri-isteri atau suami-suami, anak-anak perempuan atau saudara-saudara perempuan orang lain. Mereka juga bercampur dan menari bersama-sama. Ini jelas bertentangan dengan peraturan Islam dan menjaga kesucian dan kehormatan di dalam peraturan tersebut.
Haliyya – mencari kerasukan zauk dengan cara menari, menyanyi, menjerit dan bertepuk tangan. Mereka mendakwa syeikh mereka berada dalam suasana yang mengatasi batasan hukum agama. Jelas sekali mereka terpesung jauh daripada perjalanan Nabi s.a.w yang dalam tindak tanduk mematuhi hukum agama.
Awliya’iyya – mendakwa mereka berada dalam kehampiran dengan Allah dan mengatakan bila hamba hampir dengan Tuhan semua kewajipan agama terangkat daripada mereka. Seterusnya mereka mendakwa seorang wali, orang yang hampir dengan Allah, menjadi sahabat akrab-Nya, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada nabi. Mereka mengatakan ilmu sampai kepada Rasulullah s.a.w melalui Jibrail sementara wali menerima ilmu secara langsung dari Tuhan. Pandangan salah tentang suasana mereka dan apa yang mereka sifatkan kepada diri mereka adalah dosa mereka yang paling besar yang membawa mereka kepada bidaah dan kekufuran.
Syamuraniyya – percaya dunia ini kekal abadi, dan sesiapa yang mengucapkan perkataan abadi akan terlepas daripada tuntutan agama, lagi mereka tidak ada hukum halal dan haram. Mereka menggunakan alat musik dalam upacara ibadat mereka. Mereka tidak memisahkan lelaki dengan perempuan. Mereka tidak membezakan dua jantina itu. Mereka adalah kumpulan kafir yang tidak boleh diperbetulkan lagi.
Hubiyya – mengatakan bila manusia sampai ke peringkat cinta mereka bebas daripada semua kewajipan agama. Mereka tidak menutup kemaluan mereka.
Huriyya – seperti Haliyya, enggan menjerit, menyanyi, menari dan bertepuk tangan, mereka menjadi kerasukan dan di dalam suasana kerasukan itu mereka mendakwa mengadakan hubungan jenis dengan bidadari; bila keluar dari kerasukan mereka mandi junub. Mereka dimusnahkan oleh pembohongan mereka sendiri.
Ibahiyya – enggan mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran. Mereka menghukumkan haram sebagai halal. Mereka memahatkan pendapat ini kepada kaum perempuan. Bagi mereka semua perempuan halal bagi semua lelaki.
Mutakasiliyya – menjadikan prinsip kemalasan dan meminta sedekah dari rumah ke rumah sebagai cara mendapatkan keperluan harian mereka. Mereka mendakwa telah meninggalkan segala hal ehwal dunia. Mereka gagal dan terus gagal di dalam kemalasan mereka.
Mutajahiliyya – berpura-pura jahil dan dengan sengaja berpakaian tidak sopan, cuba menunjukkan dan berkelakuan seperti orang kafir, sedangkan Allah berfirman, “Jangan cenderung kepada yang berbuat dosa”. (Surah Hud, ayat 113). Nabi s.a.w bersabda, “Sesiapa yang cuba berlagak seperti satu kaum dia dianggap salah seorang dari mereka”.
Wafiqiyya – mendakwa hanya Allah yang boleh kenal Allah. Jadi, mereka membuang jalan kebenaran. Kejahilan yang disengajakan membawa mereka kepada kemusnahan.
Ilhamiyya – berpegang dan mengharapkan kepada ilham, meninggalkan ilmu pengetahuan, melarang belajar, dan berkata Quran adalah hijab bagi mereka, dan fikiran puisi adalah Quran mereka. Mereka meninggalkan Quran dan sembahyang, sebaliknya mengajarkan anak-anak mereka puisi.
Pemimpin-pemimpin dan guru-guru dari kumpulan Sunni mengatakan para sahabat, dengan berkat kehadiran Rasulullah s.a.w di tengah-tengah mereka, berada dalam suasana zauk dan keghairahan kerohanian yang sangat tinggi. Pada zaman kemudian peringkat kerohanian yang demikian tidak tercapai lagi oleh orang ramai dan ia menjadi semakin hilang. Yang masih tinggal diturunkan kepada pewaris-pewaris kerohanian pada jalan kebenaran Ilahi, yang kemudiannya terbahagi kepada banyak cabang-cabang. Ia berpecah kepada terlalu banyak kumpulan sehingga kebijaksanaan dan tenaganya menjadi sangat berkurangan dan berselerak. Dalam banyak kes segala yang tinggal hanyalah rupa yang dibaluti oleh pakaian guru kerohanian tanpa sebarang makna, kekuatan dan tenaga di bawah pakaian tersebut. Walaupun dalam suasana kosong itu ia masih juga berpecah dan berganda, bertukar menjadi bidaah. Sebahagian menjadi Qalandari – peminta sedekah yang mengembara. Yang lain menjadi Haydari dan berpura-pura menjadi wira. Yang lain pula menamakan diri mereka Adhami dan berpura-pura mengikuti wali Allah Ibrahim Adham yang meninggalkan takhta kerajaan dunia ini. Masih ramai lagi yang lain.
Dalam zaman kita mereka yang mengikuti jalan kebenaran sesuai dengan hukum agama menjadi semakin berkurangan. Pengikut-pengikut yang benar pada jalan ini boleh dikenali melalui dua kenyataan. Pertama, kenyataan zahir, yang menunjukkan keadaan kehidupan harian mereka yang dibentengi oleh hukum dan amalan agama. Kedua kenyataan dalaman, contoh teladan yang si pencari itu ikuti dan lahirkan dan dengan apa yang dia dibimbingkan. Sesungguhnya tiada yang lain untuk diikuti melainkan Nabi Muhamamd s.a.w, yang menjadi teladan, yang pada satu masa dahulu baginda sendiri berada dalam suasana mencari dan kebenaranlah yang baginda cari. Tanpa ragu-ragu roh suci baginda sahaja yang menjadi perantaraan. Itulah undang-undang yang mesti dipatuhi oleh orang yang beriman bagi penerusan kehidupan agama dalam kehidupan. Cara lain, wali yang memiliki pesaka kerohanian Nabi s.a.w boleh memberkati si pencari dengan kewujudan kebendaannya. Sesungguhnya syaitan tidak boleh mengambil rupa Nabi s.a.w.
Waspadalah wahai pengembara pada jalan kerohanian, orang buta tidak boleh memimpin orang buta. Perhatian kamu mesti bersungguh-sungguh agar kamu dapat membezakan kebaikan yang paling kecil daripada kejahatan yang paling kecil.
-
PANGERSA ABAH ANOM QS MEMILIKI OTORITAS TERHADAP RIJALUL GHAIB Menjelang Sidang Istimewa MPR tahun 1999 kondisi poli...
-
TALQIN DZIKIR OLEH PANGERSA ABAH ANOM QS MENGOBATI PENYAKIT JISMANI & RUHANI Pada thn 1990 Ayah Mertua Haji Rena...
-
Sirrul Asror Mimpi-Mimpi Mimpi yang dimimpikan di antara masa seseorang hampir lena hingga dia tidur lena adalah benar dan berfa...